The X-Law, Jabariah dan Qadariah (2)

Hukum X dan ”Pertentangan” Dalam Al Qur’an
Orang yang Tidak Percaya adanya Allah, Tuhan Yang Maha Esa, tidak akan bisa mengerti, memahami babar-blas firman Allah yang tertulis dalam Al Qur’an.

Meskipun dijelaskan, dipaparkan dengan panjang-lebar dan tinggi, sampai jungkir-balik oleh banyak orang yang banyak paham sekalipun, tidak bakalan mereka memahami sedikitpun. Sebab bagi mereka, Allah merupakan hasil konsepsi, imajinasi pemikiran manusia saja.

Jadi, bagaimana mungkin orang yang tidak percaya adanya Allah, diceritakan tentang Allah?. Bagaimana mungkin orang yang tidak percaya adanya Allah, diceritakan tentang surga dan neraka? Tentang dosa dan pahala? Tentang jin dan malaikat? Bahkan tentang Jiwa dan Ruh manusia sendiri?

Jika tidak percaya akan Allah dan semua itu, bagaimana mungkin mereka bisa percaya terhadap Al Qur’an meski hanya sedikit? Yang mungkin terjadi adalah mereka akan membuang jauh-jauh petunjuk itu, bahkan sangat mungkin disertai olok-olokan terhadap firman-firman Allah tersebut.

Saya sepakat dengan pendapat yang menyatakan, hanya Yang Maha Suci yang bisa secara full 100% memahami makna tertinggi dari ayat-ayat Al Qur’an. Al Qur’an yang berisi informasi dan petunjuk yang multi dimensi transedental (dimensi alam materi, alam energi, alam cahaya dan alam Ilahiah), tentulah hanya akan bisa dimengerti oleh pribadi yang telah memahami dimensi-dimensi itu pula. Dan pribadi mulia yang jelas-jelas telah bisa mencapai dimensi tertinggi adalah baginda Muhammad SAW kekasih Allah.
Kita yang mungkin baru seper-limabelas suci, atau seper-tiga suci, atau seper-berapa saja, pemahaman kita terhadap Al Qur’an akan mengikuti prosentase bobot kesucian kita.

Al Qur’an adalah kitab suci yang saya yakini benar-benar Benar. Tak ada keraguan sedikitpun di dalamnya. Jika ada yang sepertinya tidak masuk akal, atau seperti banyak kontradiksi – pertentangan di dalamnya, itu karena saya sendiri yang belum mengerti, akal saya belum ’nyampe’, dan memang masih buaaaanyak sekali yang belum saya pahami. Maklumlah kitab suci ini kitab transedental dengan bahasan yang sangat amat luuu-aaaaas... tentang alam materi hingga alam ilahiah. Boro-boro memahami alam energi atau alam cahaya, alam materi saja sedikiiiit sekali yang saya ketahui.

Saya yang masih banyak kotor dan sering berbuat kotor ini, tentunya sulit untuk memahaminya. Karena untuk bisa memahami Al Qur’an, hingga bisa mengenal diri ini dan Allah Tuhan-Ku, saya harus melakukan pembersihan diri yang terus-menerus.

Bicara tentang 'kontradiksi' Al Qur’an, Allah sendiri telah memustahilkan adanya pertentangan-pertentangan tersebut dalam Al Qur’an, sebagaimana ditegaskan dalam Surat An-Nisa' Ayat 82:
”Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur'an? Jika sekiranya Al-Qur'an bukan dari sisi Allah tentulah mereka mendapatkan perten¬tangan-pertentangan yang banyak di dalamnya”. (QS An-Nisa': 82).
Jika kita hanya berpedoman pada ayat yang kita pahami saja, dan mengabaikan ayat lain yang belum kita pahami, maka sangat mungkin kita menganggap terdapat pertentangan antar ayat-ayat dalam Qur’an. Sebagai contoh yang bisa dianggap bertentangan dalam Al Qur’an:
  • Orang beriman dilarang bersekutu minta bantuan kepada jin, yang dapat menyebabkannya jatuh musryik. Namun dilain pihak, kita dapat membaca cerita tentang nabi Sulaiman yang mempekerjakan banyak jin untuk pembangunan kerajaannya. Jin Ifrit adalah salah-satu makhluk yang pernah dimintanya memindahkan singgasana Ratu Bilqis, meski akhirnya dipindahkan oleh seorang ahli kitab. Apakah nabi Sulaiman termasuk orang yang musryik? Tentu Tidak. Nabi Sulaiman Tidak Musrik
  • Membunuh, menghilangkan nyawa orang tak berdosa adalah perbuatan yang dzalim, tetapi nabi Khidir melakukan pembunuhan terhadap seorang anak kecil tak berdosa.

Selain contoh tersebut, Qadariyah dan Jabariyah, paham yang saling bertentangan, masing-masing mendapat dukungan ayat-ayat Al-Qur'an. Mengapa bisa demikian? Apakah itu berarti ada pertentangan dalam Al-Qur'an?. Tentu tidak.
 
Berdasarkan teori Hukum X, dapat dilihat bahwa kedua pemahaman tersebut sama sekali tidak bertentangan dengan al Qur’an, keduanya justru sesuai dengan Al Qur’an. Coba kita perhatikan ayat-ayat yang mendukung kedua pemahaman yang bertentangan tersebut.
 
Ayat-ayat yang mendukung pada paham Jabariyah, antara lain:
”Bukanlah engkau yang melontar ketika engkau melontar (musuh), tetapi Allahlah yang melontar (mereka)”. (QS. al-Anfal: 17),
”Kamu tidak menghendaki, kecuali Allah menghendaki”. (Q.S. al-lnsan: 30).
”Mereka sebenarnya tidak percaya sekiranya Allah tidak menghendaki”. (QS. al-An'am: 112).
”Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi (tidak pula) pada dirimu sendiri, melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh al-Mahfu^) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kamijelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu dan supaya kamu jangan terlalu gembira (yang melampaui batas dan menyebabkan kesombongan) terhadap apa yang diberikannya ke-padamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri”. (QS :Al-Hadid: 22-23)
Dan ayat-ayat yang mendukung pada paham Qadariyah, dapat dicontohkan pada ayat berikut:
”Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. QS Ar-ra’d (13):11.
Contoh-contoh ayat Jabr yang menggambarkan ”ketidakberdayaan manusia” jelas pertentangan dengan ayat-ayat qadar yang mencerminkan manusia sebagai makhluk yang harus bertanggung jawab atas segala perilaku dan perbuatannya. Ayat Al hadid 22-23 jelas sekali bertentangan dengan ayat Ar-Ra’d:11.


Sesuai ilustrasi disamping, ayat-ayat Jabr berlaku di sepanjang garis hijau, garis Ke-iman-an:
Semakin tinggi level keimanan seseorang semakin berlaku ayat tersebut dan semakin rendah keimanan seseorang semakin tidak berlaku ayat-ayat tersebut.


Ayat-ayat Qadr berlaku disepanjang garis hitam, garis Ke-aku-an:
Semakin tinggi level keakuan (ego) seseorang semakin berlaku ayat tersebut dan semakin rendah keakuan seseorang semakin tidak berlaku ayat-ayat Qadr tersebut.

Siapa penganut paham Jabariah?
Jika saya yang baru 15% beriman ini (eheem.. ) menganggap bahwa seluruh kejadian yang menimpa saya karena kehendak-Nya, maka menurut saya, saya keliru besar. Karena kejadian-kejadian yang muncul menimpa diri saya, adalah akibat dari tindakan bodoh (ketidak-tahuan) yang telah saya lakukan sendiri. Saya masih menduga-duga dan memperturutkan hasrat, emosi dan prasangka semata. Seolah-olah saya mendengar sebuah petunjuk, seolah-olah saya mengikuti insting dorongan hati yang dalam, padahal dorongan itu berasal dari emosi, hasrat, nafsu dan ketidak-tahuan saya saja, dan besar kemungkinan berasal dari setan. Jika demikian, saya bukan penganut Jabariah melainkan penganut Fatalism. Hidup dalam kekonyolan.

Jadi???? Mari lebih tekun dan serius bersihkan diri, sucikan hati.. insya Allah kita akan mendapatkan pemahaman-pemahaman yang lebih lengkap. Man jada wa jadda.

Allahua'lam bishawab.

Salam
Abet the sotoy

Komentar

Postingan Populer