"Ada Apa Dengan Cinta?"πŸ’πŸ’œπŸ’›πŸ’š

πŸ’˜ Bila cinta telah melekat, tai kucing rasa coklat". Begitu kata Gombloh.
Itulah Cinta yang buta, yang membuai dan melenakan. Cinta yang melumpuhkan logika dan kesadaran.

πŸ’– Tetapi tidak semua Cinta buta...  Ada yang mulia, yang menebar kasih sayang, welas asih tanpa pamrih. Cinta yang tidak dibelit nafsu dan hasrat.
Tidak ada kelekatan. Itulah cinta pada dimensi tinggi. Cinta yang ditebar para Aulia, para Utusan, dari cinta Sang Maha Pengasih lagi Penyayang.

πŸ’– Begitu pula dengan Benci. Bila benci dan kebencian telah merasuk, segalanya serba salah meski yang dibenci bertindak benar.
"Aku tidak membenci orangnya. Aku membenci sifatnya". Aduhai.. kata-kata yang indah. Padahal, para sufi sering mengatakan tak mungkin memisahkan rasa manis dari gulanya.

πŸ’š Cinta dan benci, bertempat di dua sisi yang berbeda dalam relung emosi, di dalam hati kita. Tidak ditempat lain, atau orang lain.

πŸ’™ Cinta berbuah kebahagiaan sedang Benci berbuah kepedihan. Ketika cinta berubah benci, rindu dendam  bisa hadir silih berganti.

πŸ’“ Pesan para arif : "Jangan pernah melakukan tindakan, membuat keputusan, ketika  sedang cinta atau benci, jika tidak ingin menyesal kelak".

"Masihkah engkau mencintaiku?"
Salam Cinta.
Abet

Komentar

Postingan Populer