Mengenal Pikiran (12)
MENGENDALIKAN PIKIRAN
Pikiran sangat mudah dan terbiasa melompat-lompat dari satu pemikiran kepada pemikiran yang lain, dari satu masalah kepada masalah yang lain. Masalah-masalah yang biasa muncul dalam pikiran kita dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis masalah sesuai dengan fungsi waktu, sbb:
i. Masalah yang SUDAH TERJADI dimasa lalu (PAST),
ii. Masalah yang BELUM TERJADI, masih dimasa depan (FUTURE).
Pikiran sangat mudah dan terbiasa melompat-lompat dari satu pemikiran kepada pemikiran yang lain, dari satu masalah kepada masalah yang lain. Masalah-masalah yang biasa muncul dalam pikiran kita dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis masalah sesuai dengan fungsi waktu, sbb:
i. Masalah yang SUDAH TERJADI dimasa lalu (PAST),
ii. Masalah yang BELUM TERJADI, masih dimasa depan (FUTURE).
iii. Masalah yang SEDANG TERJADI disaat ini (PRESENT).
Ketiga macam masalah tersebut sering mengembara bahkan mengamuk dalam pikiran kita dengan muatan Nafsu, Ego dan Emosi (NEE) yang cukup tinggi.
Metode pengendalian pikiran yang sangat efektif yang diajarkan dalam agama Islam, adalah TRILOGY I-S-S Ikhlas, Sabar dan Syukur.
IKHLAS
Saya memiliki definisi tersendiri mengenai Ikhlas ini.
Ketiga macam masalah tersebut sering mengembara bahkan mengamuk dalam pikiran kita dengan muatan Nafsu, Ego dan Emosi (NEE) yang cukup tinggi.
Metode pengendalian pikiran yang sangat efektif yang diajarkan dalam agama Islam, adalah TRILOGY I-S-S Ikhlas, Sabar dan Syukur.
IKHLAS
Saya memiliki definisi tersendiri mengenai Ikhlas ini.
Ikhlas adalah pengendalian pikiran saat ini (NOW) terhadap segenap perasaan (NEE) yang muncul dan terkait dengan kejadian / masalah masa kini (PRESENT) dan dimasa lalu (PAST).
Masa Lalu menurut Al Ghazaly, pemikir besar islam dibeberapa abad yang lalu, adalah suatu hal yang paling jauh dari kita. Masa atau waktu yang tidak mungkin kita lewati, atau ulangi kembali. Tidak mungkin kita mengulang kembali perbuatan yang telah terjadi, seperti halnya pada film Time Tunnel. Meskipun kejadian itu baru saja terjadi 0,000001 detik yang lalu, masa itu telah terhitung sebagai masa-lalu. So.. jika kita tidak mungkin bisa kembali ke masa lalu, pertanyaannya: Mengapa Nafsu, Ego dan Emosi diri ini musti dilekatkan ke masa lalu? Ke kejadian masa lalu? Rugi amat yak?
Sebagai contoh: Dendam, yang merupakan kondisi masih terlekatinya pikiran dengan emosi marah, kecewa, sakit hati AKIBAT DARI kejadian dimasa-lalu.
Mungkin orang-orang yang terlibat dalam dendam tersebut telah jauh entah dimana, dan mungkin mereka telah melupakan kejadian tersebut. Tetapi kita masih dendaaam saja. Jika mendengar kabar selentingan tentang mereka, dendam kita, sakit hati kita menjadi ber-kobar-kobar kembali.. jantung kita mungkin berdebar-debar, nafas kita mungkin menjadi tersengal-sengal.
Ini kan merupakan penyakit. Penyakit hati. Masa penyakit dipiara? Aneh memang manusia ini? Jika kejadian yang membuat dendam tersebut baru terjadi satu-jam atau satu-hari yang lalu, mungkin adanya rasa dendam masih dianggap wajar. Namun ketika kejadiannya sudah satu-bulan yang lalu, atau satu-tahun yang lalu, bisa diartikan ada yang salah dengan pemikirannya.
EMOSI yang bisa berupa marah, kecewa, sedih, tidak-puas, dll, adalah sebuah hal yang wajar, merupakan fitrah manusia. Namun usahakan jangan larut. Pikiran harus segera dilepaskan dari perasaan-perasaan tersebut – itulah ikhlas.
Ikhlas juga sering dijadikan sebagai syarat untuk perbuatan yang akan dilakukan, seperti contoh berikut: ”(Menjadi) Ikhlaskah anda jika uang ini saya minta?”
Atau jika pertanyaan (baca: ujian) itu datang dari Allah SWT, maka pertanyaannya adalah: ”Ikhlaskah kamu wahai manusia bila harta benda, anak dan kenikmatan duniawi lainnya Aku tarik kembali?”
Sikap Ikhlas juga biasa dipakai untuk menghadapi kejadian yang sedang berlangsung. Contoh penggunaannya: "Mohon saudara ikhlas dalam menjalani ujian hidup ini ya, jangan mengeluh".
Hakikat Masalah
Masalah, hakikatnya adalah segala sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan, keinginan, target dari Pikiran, Nafsu, Ego dan Emosi kita atau harapan, keinginan, target orang lain yang melibatkan diri (Pikiran, Nafsu, Ego dan Emosi) kita.
Jika tidak ada hubungannya dengan diri kita, tentu itu bukanlah masalah bagi diri kita.
Sebagai contoh: Kasus yang menimpa Manohara Odelia Pinot adalah masalah Manohara dan keluarganya, juga masalah keluarga kerajaan Kelantan. Saya yang tidak mengenal Manohara dan keluarganya, juga tidak mengenal keluarga kerajaan Kelantan, tidak akan menganggap masalah mereka adalah masalah saya. Tetapi ketika Pikiran saya ini memiliki ide yang lain: “lho.. kan Manohara itu orang Indonesia, sama dengan saya??!! Cantik, masih muda lagee..” Maka jadilah perkara orang lain itu menjadi masalah saya. Weleh.. apa untungnya yak? yak??
Jadi, sesungguhnya menjadi masalah atau bukan menjadi masalah sangat tergantung dari bagaimana kita menyikapinya.
Pertanyaan mendasar: "Apakah segala sesuatu pasti akan sesuai dengan harapan kita?" Sepanjang sejarah hidup kita membuktikan: Tidak. Bahkan mungkin lebih banyak yang tidak sesuai. Andai semua yang tidak sesuai dengan harapan kita tersebut kita permasalahkan dengan serius bin ngotot, apa kata dunia..??!.
The Power of IKHLAS
Ikhlas yang dibarengi dengan Iman kepada Allah Yang Maha Esa, akan memunculkan, meningkatkan Kecerdasan (Spiritual).
Bila pikiran tidak memperturutkan NEE untuk masalah/kejadian dimasa-lalu, maka Pikiran menjadi tenang. Dan Pikiran yang tenang dapat menerima masukan AKAL dengan jernih, dan menjadikannya sebagai pertimbangan pokok dalam mengambil keputusan dan bertindak.
Mudah nggak menjadi ikhlas? Yaaaa... relatif..
Ikhlas akan semakin mudah dicapai jika kita bisa menjaga Pikiran kita, Nafsu, Ego dan Emosi kita, dari KELEKATAN (UNBINDING) terhadap segala hal yang berbau keduniawian. Dalam bahasa sufinya ZUHUD. Jika pikiran dan perasaan kita lekatkan erat-erat pada sesuatu yang bersifat sementara, maka bersiap-siaplah untuk kecewa, sedih, dan menderita.
SABAR
Pengertian Sabar terkait dengan fungsi waktu (menurut saya) adalah:
SABAR adalah pengendalian pikiran saat ini (NOW) dari segenap perasaan (NEE)yang muncul dalam menghadapi peristiwa-peristiwa yang SEDANG (PRESENT) dan AKAN terjadi di MASA DEPAN (FUTURE).
SABAR bukanlah nrimo tanpa berbuat sesuatu. Bukankah hidup adalah perbuatan?
Dalam sabar kita Wajib berdoa, Wajib ikhtiar, Wajib berharap, namun Tidak Wajib Terkabul sesuai yg kita harapkan. Lho kok gitu? Ya memang gitu dari sononya..... :-)
Jadi, Kecewa adalah wajar, tetapi jangan terus larut dalam kekecewaan. Agar tidak kecewa berlarut-larut, maka dihimbau jangan terlalu banyak & panjang angan-angan duniawinya.
TAKUT dan KHAWATIR adalah sahabat karib dari SABAR, namun KETAKUTAN adalah MUSUH BESAR. Takut adalah kekuatan, daya dorong, untuk melakukan sesuatu yang belum diketahui. Jadi, jangan ketakutan dengan rasa takut... :-)
The Power of SABAR:
NEE yang NETRAL, yang tidak membombardir pikiran, akan menjadikan pertimbangan AKAL lebih dominan, sehingga PEMIKIRAN yang jernih lebih mudah mengalir ke OTAK, menjadikan seseorang menjadi cerdas.
SYUKUR
Pengendalian pikiran saat ini (NOW) untuk tetap berada dalam kondisi saat ini (PRESENT), yang terbebas dari masalah Masa Lalu (PAST) dan masalah Masa Depan (FUTURE), dan terbebas pula dari muatan NEE yang berlebihan, dapat menghantar Pikiran (hati) pada rasa SYUKUR.
Bukankah kesempatan hidup kita SAAT INI, DISINI, merupakan karunia yang tidak terkira dari Yang Maha Hidup? Hari esok belum tentu kita masih diberinya waktu?
Memang sulit bagi kita untuk bisa bersyukur, ketika keinginan/harapan/target (baca: Nafsu, Ego dan Emosi) duniawi kita belum tercapai. Tetapi sampai kapan?
The Power of ISS Trilogy:
"Bertaqwalah kepada ALLAH, dan janganlah mati kecuali dalam keadaan BERSERAH DIRI (muslimin/ah)". Do not BIND yourself, Your MIND, your NEE, to anything but ALLAH SWT. Mungkin ini yang dalam konsepsinya ESQ 165 disebut sebagai Zero-Mind.
Jika anda sudah bisa mempraktekkan Trilogy Ikhlas-Sabar dan Subur eh Syukur.. tunggulah.. semoga banyak keajaiban yang akan menghampiri anda. Waallahua’lam.
Musibah Yg Sesungguhnya??
Berbicara masalah Ikhlas, Sabar dan Syukur, sepertinya tidak bisa dilepaskan dari kata "Musibah". Apa yang dimaksud dengan musibah yang sesungguhnya?
Korban Banjir-bandang? Korban Tsunami? Kelaparan? Anggota keluarga meninggal dunia? Musibahkah?.. Betul..
Jika kita meng-"akui" bahwa apa yang "dititipkan" itu adalah milik kita, tentulah kita tidak akan rela jika semua itu: harta, tahta dan keluarga, diambil kembali oleh Yang Nitipi.
Namun jika kita bisa memahami, bahwa Yang Nitipi berkehendak mengambil kembali titipanNya, amanahNya dari kita, maka itu bukan musibah bagi kita melainkan ujian dariNya. Ujian ke-ikhlas-an dan ke-Sabar-an. ”Wahai hamba-KU, mana yang lebih engkau cintai: makhluk-KU atau AKU?” Mungkin begitu kira-kira kalau dibahasakan dengan bahasa kita...
So.. what is the Ultimate Musibah. Musibah yang sesungguhnya adalah "Menjadi Kafir - tidak mengakui adanya ALLAH Yang Maha Esa". Inilah musibah yang sangat mengerikan. Betapa tidak? Orang yang beriman memiliki cahaya dalam Qolbunya, betapapun banyak dosanya. Namun ketika seseorang memutuskan untuk tidak mengakui adanya DIA – Allah Yang Maha Esa, maka cahaya Qolbu akan padam.. pettt..
Ibarat sebuah lampu yang tidak mau mengakui adanya sumber listrik yang membuatnya terang.Padahal, cahaya inilah yang menuntun kita semua saat hidup ini dan setelah kita mati nanti. Jika tak bercahaya dan tidak beroleh cahaya sedikitpun sampai hari kiamat kelak.. abadaa. Gimana jadinya?.. Seyyeeemmm... Hhiiii..iii
Dengan lebih memilih titipanNYA, bukan Yang Nitip-pun, bisa dikatakan kita lebih menuhankan makhluknya. membuat kita menjadi kafir (terhijab/coverred) juga dari cahayaNYA. Audzubillahimindzalik.
Berikut, ada sebuah nasihat yang sangat bagus untuk kita jalankan, berjalan menjalani hidup, yang saya kutip dari footnote e-mail seorang rekan, dan ia juga dapat dari temannya lagi, jadi saya belum tahu sumber aslinya, siapa yang memberikan nasihat yang begitu cantik ini.
(IKHLAS SABAR SYUKUR)
Life is short
forgive quickly
love truly
laugh constantly
And never stop smiling
no matter how strange life is
Life is not always the party we expected to be
but as long as we are here, we should smile and be grateful.
Mohon maaf. Demikian pemahaman saya yang dangkal tentang Ikhlas, Sabar dan Syukur. Jika kurang tepat dan kurang berkenan, mohon jangan dianggap sebagai pendangkalan arti..
Salam
Kang Abet
http://kangabet.blogspot.com/
Komentar