Gara-Gara Peak Emotion

Banyak kita temukan orang-orang yang memiliki kemampuan diluar orang-orang kebanyakan. Echkart Tolle, pengarang buku the Power of Now, mendapatkan kemampuan 'spiritual'nya setelah mengalami depresi yang luar biasa.
Saya yakin, masih banyak lagi yang mirip-mirip Eckhart Tolle diseputar kita..

Seperti contoh:
Tetangga saya (nama dan alamat nggak perlu disebut ya..), memiliki kemampuan membaca pikiran. Jika anda berkunjung ke tempatnya, dan anda sedang ber-LOA maka akan ketahuan apa isi LOA anda. Jangan kaget kalo dia nyeletuk: ”Mobil merah yang diincar-incar sudah ada tuh...!!!? wahhh!!?? Kok dia tahu ya????

Contoh lain lagi:
Seorang paranormal yang saya kenal (dulu beliau ini langganan keluarga saya... hehehe.. ngaku saja dah!!! pembelajaran dari masa lalu... hehehe)
Beliau ini cukup 'luar biasa', banyak kemampuannya, seperti:
- bisa neropong jarak jauh (ya iyalah jarak jauh.. kalo jarak dekat mah kagak perlu pake teropong atuuuhh...). maksud saya neropong tapi tidak pake alat apa-apa.
- Bisa melihat apa yang akan dilakukan oleh seseorang beberapa hari ke depan.
- Bisa ngobatin orang sakit (dokter juga bisa...)
- Dan lain-lain.. pokoknya banyak, serba-ada-lah..

Bagi orang Indonesia yang sangat kental dengan dunia mistis, dunia prewangan, dunia lain, hantu pocong, gundul pringis dan sekutunya, biasanya banyak yang langsung 'nuduh': "yang kayak gitu itu pasti dan pokok'e dibantu sama jin, setan atau kuasa gelap lainnya". Apalagi kalau berbeda agama. Tak ada ampun.

Padahal belum tentu demikian. Mengapa belum tentu?
Manusia adalah makhluk yang diciptakan paling sempurna, paling komplit dibanding makhluk Allah yang lain. Jika memang lebih komplit, lebih sempurna, tentunya (menurut logika saya.. hehehe), "kemampuan-kemampuan kayak gitu" adalah sebagian kecil dari kemampuan manusia sesungguhnya. Cuma karena banyak sebab, kemampuan-kemampuan terpendam itu ada yang muncul ke "permukaan", banyak pula yang kagak mau muncul.

Saya teringat sebuah hadist Rasulallah (mohon maaf lupa referensinya.. sumprit), yang kurang lebih intinya demikian "Sekiranya setan tidak menutupi hati anak-cucu adam, niscaya mereka bisa melihat alam malakut". Barangkali hadist tersebut dapat mengungkap fenomena kemampuan fitrah manusia yang sesungguhnya.

Kalau dipikir-pikir... Manusia kan bukan sekedar tubuh biologis saja?, bukan tubuh energi thok?, bukan pula jiwa saja?, ataupun Ruh doang?, melainkan tercipta kumplit dari ke-empat elemen tersebut: Materi, Energi, Cahaya dan Ilahiah, dimana masing-masing elemen tersebut memiliki kemampuan tersendiri sesuai alamnya. Semakin ke atas semakin dahsyat dan tak terbayangkan kemampuannya.

Namun kayaknya… kebanyakan manusia hanya menganggap dan lebih banyak sadar bahwa dirinya hanya badan fisik semata, tak ada unsur lain. Atau menganggap diri mereka adalah pikiran mereka saja.
Kalaupun manusia yakin (percaya) bahwa manusia punya Jiwa DAN Ruh, dalam praktek keseharian mereka sangat jarang (tidak pernah) mau mengenal memahami Jiwa mereka. (Kayak saya juga nieh.. ihik-ihik...)

Kembali ke masalah kemampuan adi-kodrati (yang lain dari biasanya) diatas. Pertanyaannya adalah: "mengapa mereka bisa memiliki kemampuan aneh begitu?"

Dari sekian banyak kemungkinan jawaban, salah satu jawabannya adalah "udah dari sononya". Jawaban salah-duanya (dan yang ingin saya bicarakan disini) adalah "Peak Emotion". Apa hubungannya??
Dari beberapa orang yang saya wawancandai (ngobrol maksudnya), mereka dulunya juga tidak memiliki kemampuan-kemampuan tersebut. Tapi semenjak ada kejadian yang teramat pahit dan getir, kekecewaan kesedihan yang teramat sangat dalam sekali, dan lain-lainnya, kemampuan itu muncul dengan sendirinya.


Mengapa bisa demikian?
Ini menurut dugaan saya. Ketika sampai the peak of emotion, orang sudah merasa tak berdaya, dalam kondisi "seolah-olah" tidak ada lagi jalan keluar, hopeless. Pada titik ini ia sudah nothing to lose.
Ada dua alternatif kelanjutan yang sangat menentukan pada saat the peak ini: Belok kiri atau Belok kanan?
Jika ia belok kanan, ingat pada Sing Murbeng Dumadi (kata pak dalang) dan menyebut-nyebut Asma-NYA berharap pertolongan: "Ya Allah.. terserah mau Engkau apakan diriku ini.. aku hanyalah makhlukmu yang teramat lemah. Aku nggak punya daya dan kekuatan lagi, aku nyerah, pasrah.. srah... srah.. kepada MU”.
Ketika ia belok kanan dan pasrahkan seluruh emosi dan permasalahan yang menggandoli eh menggelayuti hati dan pikirannya, ajaibnya.. emosi yang tak tertahankan itu menjadi luruh, hilang-lang, berganti dengan keheningan. Kedamaian. Pikiran sangat tenang dan damai. Ada kesadaran baru, tercapai kesadaran baru. Itulah yang memunculkan kemampuan-kemampuan baru.
Bagaimana jika ia belok kiri?
Yang belok kiri ini nih yang gaswat. Karena ndak ada penyaluran tekanan emosi berkekuatan tinggi, maka emosi itu meledak, meluluh-lantakkan bangunan pikiran akal sehatnya. Akibatnya: nggak bisa berpikir waras.


Apakah the Peak bisa diakses secara sengaja? Maksudnya tanpa preambule masalah?
Menurut saya: Jelas bisa.
Sholat yang serius, pikiran nggak tengok-kiri tengok-kanan tapi lempeng ke Gusti Allah, khusuk, saya maksud menggunakan dan menumpahkan seluruh emosi kita hingga "peak" kepada Allah, insya Allah akan menuai kedekatan dengan Allah, plus bonus-bonus dari-NYA.

Dzikir yang bukan cuma "ndre-mbimbil sampai lambe-ne njeddir" (sekedar di-bibir saja), tetapi dilakukan dengan penuh penghayatan, sampai "peak emotion" maka, Insya Allah kita akan dekat dengan-Nya.

Namun.. akan tetapi..., sangat perlu diingat pesan ini: JANGAN menjadikan kemampuan itu sebagai tujuan kita bertirakat, jalanilah dengan tujuan untuk dekat dengan Sang Maha Mutlak, ketika kita benar-benar sudah dekat dengan-NYA, saya yakin DIA akan memberikan apa yang kita minta.. ya nggak?
Dan untuk bisa dekat dengan Sang Maha Mutlak, luruskan selurus-lurusnya pemahaman TAUHID kita.


Adakah bahayanya bermain "peak emotion" secara sengaja?
Ya jelas ada dong... yang paling banter adalah "pikiran jadi miring", atau stroke kalo punya bakat penyumbatan darah di otak (eh.. ini sih emosi marah yakk??). Nggak sampai mati seeh... kecuali dzikir peak emotionnya pas dekat-dekat jurang yang dalem..
Pernah 'kan anda dengar orang yang dzikir dengan emosi hingga peak, lalu bertingkah diluar kewajaran manusia normal? Nang-ning-nong .. ning-nang-ning-nong... Hehehe hihihi... HUSH!!!!

Berani mencoba "the Peak"? Saya nggak tanggung-jawab lho... hehehe
Semoga bermanfaat.

Salam
Kang Abet
Kangabet.blogspot.com

Komentar

Postingan Populer