KESADARAN MANUSIA (3)

KESADARAN CAHAYA

Dicari: Professional Manager untuk Artis Top.

Artis yang sedang naik daun, sedang laku-keras, dipastikan akan pusing bin repot bila tak punya manager untuk mengurusi seluruh kegiatannya. Banyak sekali kegiatan yang musti dilakukan seperti jadwal rekaman, latihan persiapan manggung, jadwal pengambilan gambar video klip, acara temu fans, kontrak iklan, bintang tamu suatu acara, dan seabrek kegiatan lainnya.

Kepusingan itu akan berkurang jika si artis sudah mempunyai manager yang mantab, professional. Manager yang mengelola seluruh pernak-pernik kegiatan artis, tugas artis dalam berkarir menjadi lebih simple: just do it, disamping tentunya harus terus meningkatkan performa diri agar tetap bisa exist.

Namun semantab-mantabnya manager, ujung-ujungnya si Artis juga musti sadar, bahwa tidak selamanya akan jadi artis. Tidak selamanya laku dijual karena sebab-sebab alamiah. Tak ada yang abadi kecuali keabadian itu sendiri, begitu kata-kata bijak mengatakan. Suatu saat, ketika ia sudah tidak laku lagi, maka ia harus nrimo.. pasrah terhadap ketetapan yang harus terjadi. Tidak bisa menyalahkan managernya. Tibalah saat untuk ”biso rumongso, ojo rumongso biso” iku jare pak Harto.

Lho ini kok ngomongin soal artis segala.. apa mo alih profesi nie?
Bukan. Peran Manager Artis yang saya bicarakan diatas sesungguhnya mirip dengan peran Jiwa kita, Nafs kita, atau ada yang menyebutnya Higher Self atau Guru Sejati kita. Whatever they name it-lah, intinya adalah JIWA kita sendiri yang merupakan Diri Sejati kita.

Jiwa kita selalu concern terhadap perilaku tubuh Energi dan tubuh Materi kita. Concern terhadap pikiran kita. Ia sangat paham dengan gerak-gerik perilaku kita. Apapun yang dipikirkan dalam ”benak” kita, apapun yang sedang kita hadapi, walau ’kita sendiri’ tidak tahu, ia tahu dan paham.

Mengapa ia begitu concern? Jawaban simple-nya: Sudah dari sono-nya.. hehe.. Kemungkinan jawaban yang lain: Karena ketika kita ”dipundut” Yang Maha Kuasa, jiwa kita itulah yang ”ketempuhan” harus mempertanggung-jawabkan perbuatan kita.

Berbeda dengan manager artis, Jiwa kita adalah Manager yang tidak bisa dipecat. Yang bisa dan sering tidak sadar kita lakukan adalah ”men-cuek-kannya”. Manager kita terlupakan. Padahal, serumit-seruwet apapun masalah kita, manager kita ini mampu mengatasinya. Dan jika kita ingin selamat dunia akhirat, kita sebaiknya harus ”berkonsultasi” dan ”manut” dengan manager kita ini.


Kerjasama yang baik antara manager dan artis.

Dalam bekerja-sama dengan manager, kita dituntut untuk selalu mengedepankan rasa Ikhlas, Sabar, dan Syukur. Tidak memperturutkan keinginan sendiri karena segala sesuatu toh tidak selalu berjalan sesuai rencana (nafsu dan ego) kita bukan?.
Ibarat dalam dunia artis, akan menjadi ”cilakak” ketika si artis sak-karepe dewe, mentang-mentang lagi laku keras.. ia berulah. Jadwal kegiatan yang sudah disusun oleh manager, kontrak manggung sono dan sini, temu sono temu sini sudah di teken .. eh mendadak si artis punya acara sendiri.. Manager juga yang akan ”kalang kabut” menyelesaikannya.

Lebih dari sekedar manager, jiwa kita akan bertindak sebagai konsultan, penasihat, dalam semua urusan, baik urusan duniawi maupun akhirati. Ia akan memberitahu kita apa yang musti kita lakukan. Ia bisa juga meminta kita melakukan sesuatu yang pasti gagal. Lho kok? Ada alasan-alasan tertentu dibalik dimintanya kita melakukan sesuatu yang pasti gagal.
Gagal disini adalah menurut referensi Kesadaran Energi, tetapi tidak gagal menurut referensi Kesadaran Jiwa. Salah satu alasan yang utama melakukan sesuatu yang pasti gagal adalah: Agar tercapai keseimbangan, dunia-akhirat. Keseimbangan yang seperti apa? Mbuh..


Apakah anda pingin punya manager kayak artis?
Saya juga mau... hehehe..

Memiliki manager diri adalah tahapan awal ketika seseorang mulai memasuki Kesadaran Jiwa. Itulah saat Kesadaran Fisik dan Kesadaran Energi kita ”connect” (nyambung) dengan Kesadaran Jiwa kita.

Agar ”Pintu Masuk” (saluran komunikasi) menuju Kesadaran Jiwa kita bisa terbuka, kita harus memiliki Kunci Kombinasi nya lebih dulu. Kunci Kombinasi tersebut harus dipakai bersamaan untuk membuka Gerbang Kesadaran Jiwa kita. Kunci-kunci tersebut adalah sebagai berikut:

Kunci pertama: Beriman kepada Allah SWT, bukan kepada MAKHLUK-NYA.
Bukan beriman kepada nabi-nabi, Bukan beriman kepada diri-sendiri, kepada konsep yang merupakan produk pikirannya sendiri. Jika pemahaman tentang Allah dan tauhidnya kurang pas maka sulit untuk memiliki manager ini. Wilayah Jiwa adalah wilayah Tauhid. Orang yang tidak memeluk agama Tauhid jangan harap bisa masuk wilayah Kesadaran Jiwa ini, meski yang bersangkutan telah mencapai level Fana di alam energi. Wilayah ini secara tegas benar-benar merupakan wilayah ”Bagiku agamaku, bagi agamamu jangan harap bisa kesini”.
Wilayah ini juga khusus untuk orang beriman saja, bukan sekedar orang yang mengaku beragama islam saja. Beriman adalah taat. Ketaatan, bukan sekedar percaya. Semua perintah dan larangan diindahkan tanpa reserve: samikna wa atokna.

Kunci kedua: Lulus mata pelajaran hidup Ikhlas, Sabar dan Syukur (ISS).
Jika nilai rata-rata ISS yang sempurna adalah 100, maka nilai minimal yang mutlak dicapai adalah 80. Tinggi juga ya?? Berapa nilai ujian ISS saya? Hehehe.. malu ah.. belum lulus..

Definisi ISS menurut pemahaman saya, silahkan baca kembali tulisan saya tentang Mengenal Pikiran yang terkait dengan ISS ini.
Secara singkat, hakikat Ikhlas adalah pengendalian diri (NEE) terhadap peristiwa yang telah lewat (past) dan yang sedang dijalani (present).
Sabar adalah pengendalian diri (NEE) terhadap masalah yang sedang dihadapi (present) dan masalah masa depan (future).
Syukur adalah pengendalian diri (NEE) terhadap apa-apa yang telah dicapai, apa-apa yang dimiliki saat ini (present, Now). Ikhlas dan Sabar harus dijaga dengan mempertahankan (stabilized) NEE dititik NOL, tidak positif tidak pula negatif.

Kunci ketiga: Jangan pernah beranggapan bahwa kita sudah cukup bersih.
Jangan pernah beranggapan bahwa istighfar kita sudah ”kebanyakan”, kita harus introspeksi diri.
Mengambil contoh cerita tentang artis yang ’sak-karepe dewe’ diatas, tentunya kita jadi paham bahwa kita ini tidak boleh memperturutkan intrik-intrik persekongkolan jahat antara Pikiran, Emosi, Ego dan Nafsu, (PEEN) baik yang disuarakan atau tidak melalui tubuh fisik.
Kita tidak boleh memperturutkan tubuh energi dan tubuh fisik kita. Kita tidak boleh ”sak-karepe-udele-dewe” tidak boleh ”kumaha aing”, kumaha karep sorangan. Memperturutkan PEEN adalah dosa, yang menjadikannya hijab dengan tubuh cahaya kita.

Kita harus terus berupaya maksimal menghapus dosa-dosa kita. Selama dosa-dosa kita masih ”tebal dan berat” jangan harap suara manager kita akan kedengaran. Jangan harap komunikasi bisa lancar. Jadi intinya kita harus membersihkan dan terus menjaga agar hati tetap bersih.

Bersihkan Hati dan Jaga Kebersihannya Sepanjang Hidup. Jangan pernah menyangka, bahwa pembersihan hati kita dari kotoran dosa itu memakan waktu yang singkat. Cuma beberapa minggu atau bulan, TIDAK. Ibarat rumah yang selalu kotor oleh debu dan berantakan setiap saat. Walau setiap hari kita rapikan, kita sapu dan pel supaya wangi, tetapi rumah kita akan tetap menjadi berantakan dan berdebu kembali. Mengapa? Jawabannya adalah karena kita masih hidup dan ada kehidupan diluar sana.

Begitu juga dengan hati kita, kehidupan yang sedang kita jalani ini, bisa menghasilkan kotoran bagi hati kita, dosa.
Pikiran yang tidak senonoh, kotor, mesum, culas, berprasangka buruk.
Emosi-emosi yang melampaui batas yang membuat kita menjadi: pemarah, pemurung, pendendam, tidak sabaran, ngomel melulu. Kesedihan atau bahkan eforia yang berlarut.
Ego, keinginan-keinginan yang melampaui batas yang membentuk sifat tamak, loba, rakus, kikir, mau pinter sendiri, mau menang sendiri bin serakah.
Nafsu yang kita umbar dengan kemasan wisata-kuliner (hehehe..), ”plesir”, selingkuh, iseng-iseng, memandang bukan muhrim dengan nafsu, mengatas-namakan sunnah padahal hanya ingin memperturutkan nafsu belaka.

Itulah pabrik kotoran dan dosa buat hati kita, lentera hidup ini.

Membersihkan hati ada cara-caranya. Ibarat membersihkan rumah, jika lantai rumah kita ada debu, barangkali cukup kita sapu.. atau pakai vacuum cleaner, sekali sedot debu lenyap. Namun jika ada noda bekas sirup, kecap atau minyak yang tumpah, tentunya harus kita pel agar lantai kembali kinclong – bersih bersinar. Jika rumah kita habis terlanda banjir, dimana banyak sampah dan endapan lumpur tebal yang singgah, tentunya bukan sapu, atau pel saja yang dibutuhkan.. mungkin kita perlu ‘excavator’ atau ‘backhoe’.

Mungkin juga selama ini fokus kita hanya pada kebersihan lantai, tapi ternyata yang kotor itu bukan hanya lantai, tetapi juga perabot-perabot yang ada, pintu dan jendela juga kotor berdebu. Bahkan lapisan dinding rumah kita sudah mulai rapuh, mrudul terkelupas plesterannya. Karena dinding berfungsi juga sebagai tiang, jadilah rumah kita terancam ambruk.

Demikian juga dengan kondisi kotoran dosa di hati kita. Mungkin istighfar dan mohon ampun saja tidak cukup, perlu sholat tobat dan taubatan nasuha. Mungin sholat tobat dan istighfar saja juga tidak cukup, perlu banyak-banyak puasa dan mengendalikan diri sekuat mungkin.

Mungkin juga ternyata kita masih saja melakukan kesalahan yang tidak kita sadari, atau sangkaan kita kepada Allah yang kurang betul.

Ayooo perbanyak istighfar, jangan malas-malas atau terlalu sedikit ber-istighfar. 7000 kali istighfar kita sehari belum tentu cukup. Konon, Rasulallah SAW yang dijamin masuk surga, sehari beristighfar minimal 70 kali. Perlu anda ketahui, bobot dan bebetnya istighfar beliau itu jauh-jauh-jauh lebih berat dan mantab dibanding kita-kita ini. Kecuali jika kita menganggap bahwa kita sudah se-bobot-bibit-bebet nya rasulallah.. ya ndak masalah mo dzikir Cuma 70X saja. Jadi selain quantity dzikiran, quality juga mutlak perlu.


Gimana Rasanya Punya Manager?

Pengalaman Dari Yang Baru Punya Manager, pada tahap-tahap awal, ia tidak percaya pada suara dalam hatinya itu. Jangan-jangan itu suara setan yang menyaru. Maka, ia lebih senang menurutkan pikiran logikanya. Padahal pikiran hanya bekerja berdasarkan pengetahuan dan data-data yang dimiliki, sedang pengetahuan-pengetahuan dan data-data yang lebih penting buaaanyak yang tidak dimiliki. Manager memiliki data dan pengetahuan jauh lebih komplit dibanding pikiran kita. Ibaratnya: Manager itu punya satellite-view, sedang tubuh fisik hanya SandalJepit-view. Hanya bisa melihat tanah yang diinjak.

Ditahap awal, sering terjadi perbedaan (pertentangan) antara Pikiran dan perintah dari manager. Pikiran dengan logika yang cupet (pendek) dan lebih sering bermuatan Nafsu, Ego dan Emosi tentunya sering berseberangan dengan perintah manager yang memiliki pertimbangan-pertimbangan super komplit: dunia-akhirat, ilahiah. Dan yang paling penting: Manager tahu sebelum terjadi. Weruh sakdurunge winarah(?).

Dengan berjalannya waktu, ia akhirnya sadar ”Kok semua infonya betul ya?”. Akhirnya semua info dan perintah sang manager berusaha ia ikuti, walau dengan terseok-seok menaklukkan emosi ego dan nafsunya. Ia lakukan dengan ketaatan: samikna wa atokna.. Just Do It.

Manager bukan Allah Tuhan kita, ia memiliki fitrah untuk selalu dekat dengan Nya, ia hanya akan menyuarakan, menyampaikan pesan dari Nya, jika ada. Jiwa adalah Manager dan Konsultan bagi kesadaran energi kita, apa yang harus kita lakukan agar selamat dunia akhirat.

Sungguh benar firman Allah yang mengatakan bahwa: ”Orang yang beriman itu tidak pernah merasakan sedih hati dan khawatir”.
Kalau menggunakan bahasa iklan: Jiwa, membuat hidup ini mudah dan indah. Ikutlah Jiwa setiap saat.. :-)

Hayuuu.. kita cari manager yuuuk...


Tapi!!!! Hati-hati dengan Manager Gadungan. Manager yang asli, tidak pernah minta macem-macem seperti: sesuguh kembang, kopi, bakar menyan. Juga dapetnya tidak instan. Manager yang asli selalu menunjukkan jalan yang sesuai syariat agama, ia tidak pernah meminta kita untuk meninggalkan sholat wajib, puasa, dan lain-lain.
Manager yang asli tidak didapatkan sebagai hadiah dari orang lain: dari dukun, dari ustadz, dari kyai, dari mursyid, dari master reiki karena attunement, atau master keilmuan lain.
Manager yang asli akan hadir ketika kita telah berhasil dalam ibadah tauhid, upaya muhasabah pensucian diri, berhasil menundukkan Nafsu, Ego dan Emosi serta Pikiran dalam koridor Ikhlas, Sabar dan Syukur.
Waallahu a’lam.

Salam
Abet

Komentar

Postingan Populer