Ujian Dalam Kesadaran

Hidup adalah untuk ibadah. Dalam ibadah itu banyak ujian yang harus ditempuh untuk meraih derajat iman dan taqwa (Maqom) yang lebih tinggi. Seperti halnya tingkatan kesadaran, ragam ujian dalam kehidupan ini juga sesuai dengan tingkat kesadaran kita.

Ujian Di Kesadaran Materi dan Energi
Hidup dalam kesadaran Materi dan Energi bias diibaratkan dengan permainan Ular-Tangga. Saat kita melempar dadu, kita tidak paham apa yang akan terjadi ketika dadu kita lempar. Kita hanya bisa menduga-duga dan berharap, mudah-mudahan dapat angka bagus supaya bisa naik-tangga, tidak jatuh meluncur menuruni ular.
Setiap langkah yang akan kita ambil dipikir-pikir advantage-disadvanteges nya, baik-buruknya, untung ruginya, dengan segala keterbatasan ketrampilan, pengetahuan dan informasi yang kita miliki. Tujuan langkah kita lebih banyak untuk pemuasan nafsu, ego, dan emosi kita. Cenderung urusan Duniawi semata meski dengan jargon: ”bukankah bekerja adalah ibadah?”.
Sesuai Hukum Ketertarikan (Law of Attraction), bagi orang yang memiliki kekuatan pikiran yang powerfull, hidup terasa mudah. Apa yang dipikirkan menjadi kenyataan, entah dalam waktu dekat atau lambat.
Namun tidak semua keinginan dan rencana pasti terjadi sesuai harapan (NEE) kita. Banyak kita temui rencana-rencana yang matang dan terukur, tidak berjalan sebagaimana yang kita harapkan.
Banyak yang sudah berrencana, berusaha, juga berdoa agar apa yang diharapkannya terjadi, lalu gagal-total. Disinilah letak ujian hidup itu. Mau: memperturutkan Nafsu, Ego dan Emosi? menyalahkan Allah atas kegagalan itu? Atau berserah diri pada ketetapanNYA yang telah terjadi? Ikhlas dan sabar serta syukur.

Orang yang berada dalam Kesadaran Materi dan Energi, masih banyak bergantung pada makhluk yang lain, manusia yang lain. Juga menggantungkan diri pada kemampuan diri. Selama tolong-menolong itu dalam koridor Ilahiah, tidak ada dosa mendapatkan pertolongan dari manusia lain.
Memang begitulah sunatullahnya dan Allah SWT akan menurunkan pertolongan-NYA, melalui makhluk-makhlukNYA, bila mereka meminta tolong, berdoa kepada Allah.
”Eeeh.. tiba-tiba kok ada perasaan pingin ketemu pak Ali ya..??”
”Eeeh.. nggak tahunya pak Ali mau bagi-bagi rejeki buat saya..”
”Eeh.. nggak tahunya pak Ali punya informasi untuk kelancaran usaha saya..” dan eh-eh yang lain.. itulah satu bentuk pertolongan Allah.. tidak ada kejadian yang terjadi karena kebetulan. Waallahu a’lam.


Ujian Di Kesadaran Jiwa
Perjalanan dan Ujian Hidup pada tahapan ini (kesadaran Jiwa) bias juga dianalogikan dengan permainan Ular Tangga. NAMUN.. kita tidak melempar dadu untuk menentukan berapa kotak (langkah) yang akan kita tempuh. Setiap kotak harus kita lewati dalam permainan Ular-Tangga di kehidupan Kesadaran Jiwa.

Jadi kita Tahu dan Sadar, bahwa di kotak depan kita akan (diperintahkan) menginjak ”kotak Tangga” atau ”kotak Ular”.
Itu sebuah kepastian. Kita harus menjalani kotak ”Ular” itu dan TURUN, atau kita akan menginjak kotak ”Tangga” dan NAIK.
Tak ada bedanya kedua jenis kotak tersebut, BUKAN BERKAH atau MUSIBAH. Dua-duanya adalah Ujian untuk kenaikan derajat Ikhlas, Sabar dan Syukur kita. Ada yang berulang-ulang gagal diujian Ular, dan tidak sedikit yang gagal diujian Tangga.

Bagi orang dengan referensi kesadaran Materi, ketika ybs menetapi kotak Ular mungkin akan berkomentar: ”Kasihan ya pak Fulan.. ibadahnya rajin, sholeh, baik.. tapi lagi kena musibah.. perusahaannya bangkrut!!”.
Atau ketika ybs melangkah di kotak Tangga, mungkin akan ada yang berkata: ”Wah.. beruntung sekali ya pak Fulan.. sudah sholeh, kaya-raya lagi..!!” rejekinya benar-benar moncer!!!!.

Jangan mengeluh dan nglokro (patah semangat) ketika mendapati kotak Ular menghadang, betapapun beratnya ujian yang menghadang, yakinlah bahwa Allah SWT tidak akan menimpakan beban-ujian yang tidak sanggup kita pikul.
Begitu pula ketika dapat Ujian Tangga, janganlah kenaikan itu membuat kita jumawa, lupa diri, karena hakikatnya itu juga ujian. Amanah adalah ujian.

Jangan terlalu sedih dan jangan terlalu gembira. Tempatkan dan usahakan Nafsu, Ego dan Emosi (NEE) pada Titik NOL. Jangan kelamaan sedih, jangan kelamaan gembira.

Jalankan dengan semangat Samikna wa atokna. Just Do It. Lepaskan ilmu tentang kadigdayaan pikiran, kekuatan pikiran. Lupakan dan tinggalkan hukum LOA. Sebab ilmu itu hanya berlaku di Tahapan Kesadaran Pikiran, kesadaran Energi. Intinya adalah: Lepaskan kelekatan kita dengan segala urusan duniawi – Zuhud. Ingat!!! Zuhud tidak berarti miskin harta benda dan pengetahuan duniawi.

Bagaimana jika kita menolak menempuh kotak ”Ular”?. Manager kita akan memberi semangat untuk kita yang masih berpikir secara logika atau ”perasaan” ini. Manager kita akan tidak bosan-bosannya menuntun dan mengingatkan kita.

Bagaimana jika kita tetap tidak berani mengambil langkah ”Ular” di depan tersebut? Mungkin saja perjalanan spiritual kita jadi terlambat. Mbuh ah....

Orang yang telah mantabbb berada dalam Kesadaran Jiwa, tidak akan ”meminta tolong” kepada selain Allah, karena yang dilihat olehnya dan tujuannya hanya Allah semata. Salah satu kisah klasik yang bisa dirujuk dari Al Qur’an adalah ketika Nabiyullah Ibrahiim AS hendak dibakar. Ia hanya berharap pertolongan dari Allah saja, tidak dari yang lain. Walau ketika malaikat menawarkan diri untuk menolong.

Harap diingat betul, bahwa yang saya bicarakan ini adalah hal-hal yang terkait dengan kesadaran jiwa, kesadaran cahaya bukan kesadaran energi atau materi. Ujian di tahapan ini, jauh berbeda dengan ujian di Kesadaran Pikiran ataupun Kesadaran Jasadiah.


Tingkatan Kesadaran Jiwa
Kesadaran jiwa itu bertingkat-tingkat, konon ada 7 tingkatan besar. Tingkat yang paling tinggi adalah Insan Kamil. Pada tingkat ini, konon, mereka sudah sepenuhnya tidak menggunakan Kesadaran Energinya. Pikiran, Emosi, Ego dan nafsu mereka, sudah stabil dititik ”NOL” – tidak lagi mereka kedepankan sebagai driver. Mereka sudah sadar sepenuhnya sebagai Jiwa – Manusia Sejati.

Wa Allahu A’lam.

Salam
Abet

Komentar

Postingan Populer