Pikiran Manusia Yang Berlapis

Pengantar:
Berbeda dengan tulisan saya di awal-awal, yang mengurutkan lapisan hati sbb: Nafsu, Ego, Emosi, Pikiran, Intuisi, Rasa dan Fana. Mulai tulisan ini ke depan saya ganti lapis ke-2 hati yaitu Ego dengan Hasrat, agar tidak rancu dengan istilah Ego yang dipakai secara umum. Harap maklum.


Pikiran selalu aktif sepanjang hari, bahkan ketika kita sedang tidur. Konon menurut para ahli, khabarnya ada sekitar 60.000 pemikiran yang melintas dalam sehari. Saya tidak tahu gimana cara ngitungnya, tapi yang jelas memang sangat banyak.

Jika diperhatikan ternyata suara-suara yang ada dalam pikiran kita berasal dari lapis kesadaran yang berbeda-beda. Mari kita coba lihat ilustrasi self-talk berikut:

”Duuh.. laper nih...”. terbersit dipikiran selagi perut kosong, mata menatap makanan, dan mendadak-sontak air liur kita terbit, perutpun bunyi kerucukan... krucuk..krucuk...
Ide ngiler dan rasa lapar spontan ini berasal dari pikiran lapis 1. yaitu Lapis nafsu. Lapis nafsu ini murni berpikir tentang bagaimana mengisi perut yang kosong, tak peduli apapun makanan yang tersedia.

Sesaat setelah ide dan rasa spontan itu, muncul suara lain yang berkata:
”Jangan makanan kayak gitu Ah...? Nggak uuennakkk!!! Mending daging bakar aja..”
Pendapat dan usulan ini berasal dari pikiran lapis 2, yaitu lapisan Hasrat.

Kemudian muncul lagi yang menimpali:
”Daging bakar?? Boleh juga tuh.. tapi sebaiknya jangan disini, kurang gengsi dong. Di Cafe Kang Abet saja lebih keren, nyaman lagii. ”.
Nah ide ini berasal dari pikiran dilapis 3 yang lebih mengedepankan Emosi.

Tak lama kemudian ada suara lagi yang terlihat rasional, logis:
”Hmmm.. Cuma makan saja kok milih yang mahal-mahal gitu”. ”Makan itu untuk hidup, bukan hidup untuk makan, tauuu”.
”Lagian, kenikmatan rasa itu hanya sebatas lidah. Habis itu nggak ada beda antara Sirloin Steak dan Singkong Rebus”.
”Ayoo nggak usah gengsi-gengsian.... makan nasi kucing aja!!!” kantong lagi tipis nih.. Hayyyoooo..
Itulah suara dari Pikiran kita di lapis ke-4, yang tertinggi, yang berpikir secara logis, empiris, matematis.

”Tapi bos.. kita kan bareng sama mitra yang sungguh cantik jelita.. apa kata dunia??? Ini pertimbangan pikiran Emosi yang tiba-tiba nyeletuk.
Bila tidak segera mengambil keputusan, percakapan dalam benak itu akan berjalan berputar-putar dan lama.

Percakapan diatas memang hanya rekaan belaka, tapi seperti itulah kira-kira yang terjadi dalam pikiran kita. Lintasan-lintasan pemikiran yang bersumber dari ke-empat lapisan pertama dari Hati (Qolbu) kita.

Mari kita coba telaah dan pilah:
Nafsu, sebagai lapis pertama Qolbu, berfungsi dasar untuk mempertahankan hidup (melalui rasa lapar dan haus), serta untuk melanggengkan keturunan (libido). Lapisan nafsu ini memiliki pikiran dan kesadaran sendiri.
Namun sesungguhnya Nafsu sendiri tidak pernah memilih daging, singkong atau keju. Semua bisa ditampung, yang penting perut terisi. Jika ada campur tangan dari lapisan pikiran diatasnya atau dari unsur diluar diri manusia, nafsu ini bisa diperdaya atau dikendalikan: Berhenti makan sebelum kenyang atau kekenyangan.

Lebih lanjut, kita bisa membedakan antara orang yang kelaparan dan orang yang berpuasa. Sama-sama perut kosong, namun bedanya: Yang satu mengeluhkan perut melilit dan kepala pusing karena laper, sedang yang berpuasa tidak menderita kelaparan atau sakit meski tidak makan dan minum beberapa hari atau bulan. Itulah nafsu yang terkendali dan nafsu yang terpedaya.

Lapis Pikiran Kedua:
Tidak hanya asal makan kenyang, tapi musti ada nilai plus: plus enak, variatif dan banyak. Nah, ketika kita tidak berselera menghadapi makanan yang standar, maka itu adalah keinginan atau pemikiran dari Lapisan Hasrat kita.
Lebih lanjut pikiran yang bersumber dari Hasrat di lapis ke dua ini berfokus pada keinginan duniawi lainnya. Hasrat inilah yang sering menyanyikan themesong nya Doraemon ”Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ini, ini, itu.. banyak sekali...” Apa saja mau, singkatnya: Harta, Tahta dan Lawan Jenis.
Jadi orang yang rakus, serakah, mau menang sendiri. Itu adalah ulah dari lapisan Hasrat.

Lapis Pikiran Yang Ketiga:
Bukan hanya kenyang dan enak, tetapi musti ada pertimbangan emosional: Menjaga citra, gengsi atau sekedar senang ke tempat makan tersebut karena memory kenangan masa lalu. Ketika bukan lagi kenyang dan enak yang menjadi tujuan kegiatan makan, tetapi gengsi, maka pada hakikatnya kita telah memperturutkan Lapis Pikiran Emosi

Lapis Pikiran Yang Ke-empat:
Pikiran logis mathematis, jika isi dompet mencukupi, maka bisa jadi rayuan pikiran lapis ke-3 akan di-iyakan. Jika kita memperturutkan Emosi kita, maka pada hakikatnya pertimbangan Pikiran Rasional kita kalah dengan pikiran emosi.


 
 
 
Suara Dari Luar
Lintasan pikiran, selain berasal dari internal (diri) hati kita, juga bisa berasal dari luar (external) diri kita, diantaranya berasal dari jin dan pikiran orang lain.
 
 
Memang tidak mudah membedakannya, karena besati - beda sangat tipis dan sangat lembut suaranya. Namun dengan latihan demi latihan yang disiplin dan tertib, dalam hitungan sekian tahun, mungkin kita akan bisa mengidentifikasi lintasan-lintasan pikiran yang ’bersuara lembut’ dalam hati kita.
 
Lubuk Hati kita yang paling dalam, atau paling luar pada ilustrasi diatas, bersuara semakin lembut, nyaris tak terdengar. Maka tak heran pesan moral, pesan-pesan ilahiah, yang sesungguhnya sering disampaikan kepada diri kita, tidak terdengar kalah oleh suara ego kita yang lebih keras dan vocal.
 
 
Kesimpulan
Pikiran meliputi Emosi, Hasrat dan Nafsu, sehingga jika ada orang berkata: ”Jangan banyak pikiran”, itu bisa diartikan:
Jangan berpikir banyak hal yang mampet solusinya dalam satu saat,, atau:
Jangan berpikir dengan muatan Emosi, Hasrat dan Nafsu dengan pertimbangan sama berat.
 
Jika kita kembangkan berdasar ’kajian’ Selftalk diatas, kita bisa mengetahui bahwa penderita stress adalah orang yang tidak bisa mengambil keputusan, karena emosi takut / kekhawatirannya sangat dominan, sedang pikiran rasional intelektualnya (empiris) tidak memiliki pengetahuan (memory, data) yang cukup untuk memutuskan sikap/tindakan yang akan diambil.
 
Itulah sekelumit proses berpikir dalam qolbu kita yang berlapis.
Semoga semakin membingungkan... hehehe..
 
Salam
Abet in Sotoy Mode On

Komentar

Postingan Populer