Manusia: Ciptaan Yang Dilebihkan

Manusia adalah makhluk ciptaan yang dilebihkan dari makhluk ciptaan yang lain. Seperti apakah kelebihan manusia dibanding makhluk ciptaan yang lain? Mari kita telusuri dari kisah-kisah yang diceritakan dalam Al Qur’an. Kita bandingkan penciptaan Manusia dengan penciptaan Jin & Malaikat.

Penciptaan Manusia Pertama
Nabi Adam a.s. sebagai manusia pertama, beliau langsung diciptakan oleh Allah dari tanah kering yang diberi bentuk, lalu Allah meniupkan Ruh ke dalamnya. Beliau bukan keturunan dari siapa-siapa. Jadi bukan makhluk hasil evolusi dari jenis primata sebagaimana sangkaan Charles Darwin.
Karena tidak melalui proses kelahiran, maka nabi Adam saya duga tidak memiliki udel (puser) Hehehe....

Dari kisah penciptaan ini, secara langsung dapat kita ketahui ada 2 dzat yang dipakai untuk membentuk manusia pertama, yaitu:
• Tanah Kering, boleh dong saya sebut sebagai Materi.
• Ruh, yang membuat nabi Adam hidup dan bisa menerima ilmu dari Allah.
 
Meski hanya dua unsur yang terlihat, bukan berarti tidak ada unsur-unsur lainnya. Mari kita lanjutkan pembahasan kita.

Penciptaan Manusia Anak Cucu Adam
Berbeda dengan penciptaan manusia pertama yang langsung dibuat dari tanah yang diberi bentuk, anak-cucu keturunan manusia pertama ’tercipta’ melalui hukum-hukum Allah (sunnatullah) yang kita kenal sebagai proses biologis.

Tahapan Proses Biologis
1. Bertemunya Sperma dengan Ovum
Dimulai dari bertemunya Sperma dengan Ovum. Bisa kita pahami bahwa sperma dan ovum yang bertemu tersebut dalam keadaan hidup, jika tidak hidup maka tidak mungkin sperma bisa berjuang dalam tuba falopi bersaing dengan jutaan sperma lainnya memperebutkan satu Ovum.

  Pertanyaannya: Dengan dzat apakah sperma dan ovum itu hidup dan bergerak? Dengan dzat apakah sperma itu memiliki kecerdasan dan kehendak, sehingga bisa tahu bahwa diujung lorong (tuba falopi) itu terdapat sebutir telor yang diperebutkan oleh jutaan sperma?
 
Apakah dzat itu bisa kita sebut sebagai Ruh? Jiwa? Nyawa? Atau Malaikat?

Mungkin secara khusus dzat penggerak yang memiliki kecerdasan dan kehendak itu belum ada yang memberi nama. Baiklah untuk sementara dzat tersebut saya sebut sebagai Energi.

2. Segumpal Darah Menjadi Janin
Setelah seekor Sperma berhasil menembus kulit Ovum, maka mulailah terjadi proses pembelahan-pembelahan sel hingga membentuk Segumpal Darah. Dari segumpal darah pembelahan sel terus berlangsung hingga masing-masing membentuk fungsi dan bagian tubuh Janin.

Sungguh ajaib, hanya dari sebuah sel, proses pembelahan itu bisa menjadi janin. Pertanyaannya: Apakah nama dzat yang sangat cerdas, yang membuat sel itu bisa melakukan pembelahan diri dan membentuk fungsi, organ tubuh janin, seperti Kepala, badan tangan, kaki, Otak, dll?


Saya tidak mau menjawab pertanyaan itu dengan jawaban pamungkas: Allah Sang Maha Pencipta, karena jika demikian maka tidak akan ada pertanyaan lebih lanjut, dan pengetahuan kita terkait proses pembentukan janin, tidak akan bertambah.

Mungkin secara khusus dzat penggerak yang memiliki kecerdasan dan kehendak itu juga belum ada yang memberi nama, maka untuk sementara dzat tersebut saya sebut juga sebagai Energi.


3. Bulan Ke-4
Pada saat janin memasuki usia bulan ke-4, seperti kita ketahui, Allah meniupkan Ruh ke dalamnya.
Namun sebelum Ruh ditiupkan ke dalam janin tersebut, pertanyaannya: ”Hidupkah janin itu? Dengan apakah ia bisa hidup dan berkembang?”

Mungkin secara khusus dzat penggerak yang memiliki kecerdasan dan kehendak itu juga belum ada yang memberi nama, untuk sementara dzat tersebut sekali lagi saya sebut juga sebagai Energi.

Setelah Ruh ditiupkan oleh Allah, jadilah sang janin menjadi manusia sempurna. Ruh inilah yang membedakan manusia disatu sisi dengan Malaikat dan Jin. Ruh yang esensinya dzat yang lebih tinggi dan lebih agung dibanding Energi dan Cahaya. Setelah Ruh ditiupkan, Malaikat dan Jin diperintahkan oleh Allah bersujud dihadapan Adam. Jika esensi Ruh ini sama atau lebih rendah dibanding esensi Cahaya, tidaklah masuk akal jika Malaikat diminta bersujud oleh Allah SWT.

Dari proses penciptaan anak cucu Adam, yang terselenggara secara biologis dan meta-fisis tersebut, dapat kita lihat unsur-unsur penyusun manusia mungil (janin) tersebut, yaitu: Unsur Materi, Energi, dan RuhLhooo? Dimana unsur Jiwa (Cahaya) nya?

Setelah prosesi “peniupan” ruh, ternyata terbentuk pula Jiwa manusia sebagai mana dapat disimpulkan dari keterangan Al Qur’an (ayat) berikut.

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", (QS 7:172)

Maka lengkaplah sudah unsur-unsur penyusun manusia itu: Materi, Energi, Cahaya dan Ilahiah.

Penciptaan Jin
Jin diciptakan dari Api, nyala api. Api, mungkin bisa saya ganti dengan istilah Energi. Energi yang dimaksud disini bukanlah energi yang bersifat materialistik seperti energi panas, energi potensial, energi listrik, dan lain-lain, melainkan Energi yang berada di atas Alam Materi. Bangsa Jin adalah makhluk yang diciptakan dari bahan dasar Energi dan mereka hidup di Alam Energi.

Mengapa saya menggunakan istilah yang sama (Energi) seperti pada proses penciptaan manusia? Karena ternyata menurut saya.. (ini menurut pemahaman saya lhoooo?) Energi manusia bisa bersinggungan, beradu, tarik-menarik dengan Energi bangsa Jin sehingga saya simpulkan sama.

Sesuai dengan kisah yang diceritakan dalam Al Qur’an, Malaikat dan iblis pernah diminta sujud kepada Adam setelah Allah meniupkan Ruh (ciptaan)-Nya. Dan disebutkan pula, Iblis adalah makhluk dari golongan jin.
Pertanyaannya: Sebagai Jin – makhluk Energi, mengapa Iblis bisa bersama-sama Malaikat di alam Cahaya?

Konon, dari cerita yang pernah saya dengar, Iblis dulunya merupakan seekor Jin yang sangat taat beribadah. Saking taat dan rajinnya beribadah, dan ia bisa benar-benar meninggalkan nafsu duniawi.. eh energi-i nya. Maka, Tubuh Energinya bersih bersinar, dan terangkatlah derajatnya menjadi makhluk Cahaya dan berkumpul dengan para malaikat.

Dari cerita ini, dapat kita lihat bahwa bangsa Jin selain terbuat dari unsur Energi, mereka juga memiliki unsur yang membuat mereka bisa menggapai alam Cahaya, yaitu Unsur Cahaya.

Dari kisah iblis dapat kita ambil hikmahnya, ketika muncul kesombongan di ditubuh energinya (hatinya), maka terjatuhlah Iblis kembali ke Alam Energi (baca: diusir).


Bila kita perhatikan, ada persamaan antara Jin dan Manusia, yaitu sama-sama diberi “kebebasan” untuk memilih: Mau tunduk-patuh (ibadah) or mbalelo? (Fujur atau taqwa).
Mengapa sama-sama bebas memilih? Karena sama-sama memiliki tubuh energi itulah..

Malaikat Diciptakan Dari Cahaya
Cahaya yg dimaksud, saya pahami bukan Cahaya yang kita kenal dalam alam materi ini seperti cahaya matahari, cahaya lampu, cahaya api dan lain-lain. Karena jika cahaya tersebut adalah cahaya yang bersifat materialistic, maka malaikat tidak akan mampu menembus dinding atau bahkan selembar kertas yang bersifat materialistic.

Jadi Cahaya yang dimaksud adalah sesuatu dzat yang sifatnya sangat agung dan tinggi, yang tidak ada kosa-katanya dalam bahasa manusia, makhluk bumi. Tidak ada kosakatanya dalam bahasa alam materi.
Dalam riwayatnya, malaikat adalah makhluk yang tidak memiliki nafsu dan senantiasa tunduk patuh kepada Allah SWT.


Makhluk dan Unsur Pembentuknya
Berdasarkan pemaparan pemahaman saya diatas, yang belum tentu benar karena baru dugaan-dugaan saja (maka jangan dipercaya ya… hehehe), dapat saya simpulkan makhluk dan unsur pembentuknya dalam tabel berikut:

Dari tabel ilustrasi tersebut dapat kita bandingkan unsur-unsur yang dimiliki manusia dibanding makhluk lain. Bukan untuk berbangga-bangga diri melainkan agar lebih memahami posisi diri kita ini sehingga lebih memperjelas jalan kita menapak kembali ke Sang Pencipta.

Benda Mati
Benda Mati, tidak memiliki unsure-unsur lain kecuali semata-mata hanya materi. Sedang manusia memiliki semua unsur termasuk materi. Namun sesungguhnya, tidak ada yang bisa dikatakan sebagai benda mati karena ketika dibelah dan dibelah, akan ketemu suatu zarah yang selalu berputar, bertasbih mengelilingi intinya.


Tumbuhan dan Hewan
Tumbuhan dan Hewan tersusun dari unsure tanah dan unsure energi. Hewan dan Tumbuhan tidak diganjar surga dan neraka karena perbuatan mereka. Lho bukankah kalau memiliki unsur energi mereka bisa memilih fujur atau taqwa? Mengapa demikian? Jawabannya nanti ya.. saya cari-tahu dulu... hehehe.


Jin
Bangsa jin diciptakan dari api, begitu istilah yang dipakai dalam kitab suci. Api inilah unsur energi yang saya maksud.
Selain unsur api (energi), bangsa jin memiliki unsur cahaya.


Malaikat
Malaikat adalah makhluk yang diciptakan hanya dari unsur cahaya, dalam tingkatan unsur yang paling tinggi sehingga mereka selalu suci dan senantiasa tunduk patuh kepada Allah SWT. Mereka tidak memiliki nafsu, hasrat, emosi dan pikiran. Tapi mereka makhluk cerdas.


Bagaimana dengan makhluk yang disebut manusia?
Manusia memiliki semua unsur yang ada pada semua makhluk ciptaan Allah yaitu: Materi, Energi, dan Cahaya. Plus, satu unsur lagi yang tidak dimiliki oleh makhluk-makhluk ciptaan Allah lainnya, yaitu unsur Ilahiah.
Itulah Ruh manusia, yang selalu benar, yang selalu tahu (bashiroh), dan selalu dekat dengan Allah SWT, yang Allah tidak memberitahu esensinya kepada kita-kita (manusia) kecuali hanya sedikit.


Unsur inilah yang saya duga, menyebabkan Malaikat dan Iblis diperintahkan untuk bersujud kepada Adam. Unsur ini pulalah yang saya duga, membuat baginda nabi Muhammad SAW bisa ke sidratul muntaha, sedang malaikat tidak.

Manusia akan tetap disebut sebagai manusia bila memiliki ke empat unsur tersebut. Tanpa salah satu unsur: BODY-MIND-SOUL-SPIRIT, manusia tidak bias dikatakan sebagai manusia lagi.

Contoh: Bila unsur tertinggi - Ruh dicabut.. Bodynya akan segera disebut mayat. Bila jasad nya sudah membusuk atau tidak ketahuan juntrungannya cukup disebut almarhum/ah. Jika Pikirannya hilang akan disebut wong-edan dan seterusnya..


Itu semua menurut pemahaman saya lho..., Tentunya pemahaman saya ini banyak salahnya, dan bisa jauh berbeda dengan pemahaman orang lain. Jadi harap maklum namanya juga mengira-ira...

Khalifah Di Muka Bumi
Manusia dengan segala kelebihannya, mengemban amanah sebagai khalifah dimuka bumi. Mari kita jaga amanat itu, bumi ini dan segala isinya, bukan milik kita. Kita tidak boleh merusak dan memilikinya. Bumi ini milik Allah.


Dengan segala kelebihannya, maka masuk akallah ketika manusia dilarang mengandalkan pertolongan kepada selain Allah. Bahkan dalam doa yang kita baca 17X (minimal) sehari, kita selalu berkomitment: ”iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in” Hanya kepada Mu kami menyembah dan hanya kepada Mu kami memohon pertolongan. Meski tanpa sadar, komitmen kita lebih sering hanya sebatas komat-kamit saja.

Mungkin kisah nabi Ibrahim As yang hanya berharap pertolongan Allah SWT ketika hendak dibakar, dapat dijadikan contoh tauladan bagi kita.

Mungkin kisah baginda rasullalah Muhammad SAW yang dengan mantab menjawab: ”ALLAH” ketika pedang Datsur siap menebas leher, dapat dijadikan contoh tauladan bagi kita.


Manusia adalah makhluk yang diciptakan paling sempurna. Namun kesempurnaan itu akan mewujud bila manusia telah pasrah berserah diri (absolute surrender) melalui jalan tauhid.

Semoga bermanfaat. Allahu a’lam bishawab.

Salam
Abet

Komentar

Postingan Populer