Aktifasi Otak Tengah

Ternyata main tebak-tebakan ala Dedy Corbuzier bukan lagi hal yang aneh ... Meski ketrampilannya tidak selevel, anak saya yang habis mengikuti Aktifasi Otak Tengah (AOT), mampu menebak / menyebutkan bentuk dan warna gambar, membaca tulisan, dengan mata ditutup. Amazing...

Bukan hanya anak saya yang menunjukkan hasil yang amazing pada pelatihan AOT tersebut, banyak anak-anak lain yang memperoleh hasil yang (kira-kira) sama, bisa memilah bola sesuai warna-warninya, bisa mewarnai gambar tanpa keluar dari garis, bisa berjalan tanpa menginjak penghalang, dan lain-lain.

Selain yang berhasil, ada juga yang tidak, seperti yang dialami oleh beberapa anak rekan yang lain. Ada salah satu anak, yang dalam pelatihan terlihat berhasil - meyakinkan, namun ketika di-test dirumah oleh kedua orangtuanya, menunjukkan hasil yang mengecewakan. Selidik punya selidik, ternyata anak tersebut mengintip dari balik blindfold saat latihan.... O.ooo..!!!

Tak mau kecolongan, saya ngetest kemampuan anak menggunakan 2 cara: Menggunakan Blindfold (penutup mata) dan Tanpa Blindfold.

Blindfold hanyalah sebuah alat bantu agar mata tetap tertutup sehingga perhatian / konsentrasi anak menjadi lebih fokus. Karena hanya sebagai alat bantu, maka bisa jadi ketika si anak tidak jujur, fungsi blindfold menjadi tidak efektif. Untuk itu dalam setiap latihan, saya dan istri selalu menekankan kepada anak agar selalu jujur. Jika berbohong, ngintip misalnya, maka sia-sialah latihan yang dijalani.

Untuk memastikan dan meyakinkan bahwa anak sudah teraktifasi, bukan mata anak yang ditutup, melainkan object yang akan ditebaklah yang saya tutup (sebagai ganti blindfold). Prakteknya adalah sbb:
  • Uang atau gambar dimasukkan ke dalam amplop, lalu ditebak.
  • Kartu dibalik atau ditutup, lalu anak diminta menebak.
  • Dan lain-lain variasi.

Ternyata kedua anak saya, secara bertahap dapat menebaknya dengan ketepatan mendekati sekitar 90% setelah 3 hari pasca aktifasi.

Dalam latihan tanpa blindfold ini, ternyata tetap-saja anak perlu memejamkan mata agar bisa berkonsentrasi penuh. Sementara dalam latihan menebak menggunakan blindfold, jenis latihan yang dilakukan dan hasilnya sbb:
  • Memilah permen coklat warna-warni sesuai warna. Pada latihan ini ternyata ketepatan tebakannya bisa mendekati 99%. Dan semakin sering dilatih, menjadi semakin tepat dan cepat.
  • Menebak kartu remi. Mula-mula kartu remi dipegang ditangan untuk diindera dan ditebak, lalu tahap berikutnya: kartu remi kami sisipkan diblindfold diatas telinga. Ternyata anak saya bisa menebaknya, meski perlu waktu lebih lama.

Apa yang dirasakan / dilihat anak dalam mata tertutup?
Pengakuan anak saya pada latihan pemilahan warna permen coklat warna-warni: Setelah hanya gelap yang bisa dilihat, beberapa saat kemudian muncullah ’warna’. Itulah warna permen yang dipegangnya. Lalu anak saya-pun ber-eksperimen: bukan hanya satu butir saja yang diambilnya, melainkan banyak. Apa yang dialaminya?

Menurut pengakuannya, dibalik blindfoldnya, dibalik kegelapan, seolah-olah terbuka lubang selebar kedua-matanya, seperti jendela, sehingga ia bisa melihat dengan jelas permen digenggamannya. Dengan gampangnya ia memilah-milah permen sesuai warnanya. What amaziing ya?

Term and Condition Applied.
Pelatihan AOT yang saya maksud adalah perangsangan otak menggunakan music binaural beat yang berada pada frekwensi kerja otak (beta, alpha, theta dan delta), dipadu dengan teknik NLP dan hipnosis.

Tujuan dari AOT sesungguhnya bukan sekedar agar anak bisa melihat dengan mata tertutup, melainkan agar otak tengah menjadi lebih aktif sehingga anak bisa menjadi lebih cerdas.

Ada Syarat dan Ketentuan yang berlaku dalam kegiatan AOT ini. Tidak semua anak mendapatkan hasil yang sama, seperti kemampuan melihat dengan mata tertutup, meski diaktifasi dengan takaran yang sama. Ada term and condition yang berlaku. Apa kira-kira faktor penentu keberhasilannya ya?

Pengamatan secara umum, anak-anak yang langsung bisa adalah anak-anak yang ceria, lincah, ringan bertindak. Anak-anak yang mudah cair, mudah berbaur dengan teman dan lingkungan baru.

Sementara anak-anak yang kurang berhasil adalah anak-anak yang memiliki kecemasan berlebihan, tidak pede, penakut, malu-malu dan ragu-ragu untuk melakukan sesuatu yang baru, ditempat baru. Dengan kata lain: memiliki beban mental (mental blocking).

Jadi, sebagai saran untuk ortu yang ingin mengikutkan buah-hatinya pada pelatihan AOT, juga sebagai masukan bagi penyelenggara pelatihan, sebelum aktifasi pastikan anak-anak tidak memiliki mental block. Jika ada mental block sangat perlu dilakukan pengkondisian, dengan permainan-permainan pendahuluan, agar pikiran anak-anak (meliputi emosi) dalam keadaan ”zero-mind”.

Menarik pelajaran dari pelatihan AOT ini, terlihat bahwa manusia sesungguhnya memiliki potential power yang luar biasa, yang bisa muncul jika manusia tetap dalam fitrahnya. Tidak ada rasa takut, was-was, sedih, murung, dll. Dalam istilah populernya tidak memiliki mental block. Dalam kehidupan beragama, islam khususnya, itulah salah satu ciri orang yang beriman. Kalau gak salah... hehehe...

Salam maniiis..

Abet

Komentar

Postingan Populer