Mendidik Anak Mendidik Diri

”Anak saya.. kalau sudah minta dibeliin mainan duuuuh... Rewelnyaaaaa.. ampuuun dech!!! Ya nangis lah.. ya ngamuk lah...”

”Saya kewalahan sekali menghadapi perilaku si sulung.. sukanya main game saja, susah diatur.. ”

”Anak saya yang telah 15 tahun, pemarah sekali... sholat juga harus dipaksa-paksa, padahal kita-kita ini sebagai ortu rajin sholat”

Seringkah kita mendengar keluhan ortu seperti yang saya kutipkan diatas?
Dari contoh-contoh tersebut, mungkin kita pernah mendengar komentar dari orang tua atau nenek kita, macam begini:

”Hmmm.. persis bapake kecil dulu ...” Weks????!

Menurut ilmu biology, penampakan tubuh fisik sangat ditentukan oleh faktor genetika, DNA. Dengan kata lain kalau orangtuanya pribumi asli endonesa, dan dalam silsilah keluarga belum ada yang kawin sama bule, atau belum pernah ikut program bayi tabung yang benih nya diduga ketukerrr... (umpama..), maka jangan heran kalau anak keturunannya, bentuk tubuh, wajah dan asesoris lainnya, akan mirip dengan bapak-ibunya, atau kakek-neneknya.

Akan sangat surprise jika saya yang berhidung pesek dan berkulit gelap ini berdoa: ”ya Allah, berilah hamba keturunan se-guanteng Nabi Yusuf”, lengkap dengan membaca Surah Yusuf. Lalu Allah benar-benar mengabulkan doa saya, dan lahirlah anak yang hidungnya mancung, berkulit putih.. khas orang yahudi. Waaahhh.. Apa saya nggak keder tuh? Huehehe...
Lah??!!! Bini gua nyeleweng sama sapa yak??? Kok anak gua kagak mirip babarblas dengan gua??? Su’udzdzon jadinya. Hukumnya: Dosa lagi cilakak.....

Pembentukan tubuh fisik-biologis anak memang sangat ditentukan oleh penampakan emak dan bapak nya. Lalu, bagaimana dengan pembentukan sifat dan perilaku anak?

Pembentukan Pikiran & Perilaku Anak
Apa kata orang-tua dan nenek kita, memang banyak betulnya. Sifat dan perilaku anak-anak kita, merupakan cerminan sifat dan perilaku kita.

Jika kita punya 11 (sebelas) anak (misal....), coba perhatikan sifat dan perilaku anak-anak kita yang sebelas biji itu. Ternyata mereka masing-masing memiliki sifat, perilaku dominan sesuai perkembangan sifat, tabiat, perilaku dan kedewasaan kita dari semenjak tahun-tahun kehamilan anak pertama hingga saat ini.

Mungkin saat ini kita telah berubah, menjadi lebih baik, menjadi lebih ber-etika, lebih ber-adab, lebih religius. Tapi bagaimana dengan sikap, sifat dan tabiat kita dulluuu??
Barangkali dulu sangat brangasan, tidak paham etika, sopan-santun. Masih mengedepankan nafsu angkara murka, durjana, akhlak dan keimanan yang payah. Hayooo...

Saya memiliki 3 orang anak, ketiga anak saya memiliki sifat, perilaku tabiat yang berbeda-beda. Kalau saya perhatikan dan introspeksi diri, ketiga-tiganya mencerminkan perkembangan sifat, mental, perilaku dari kedua orang tuanya (saya dan istri).

Coba perhatikan peristiwa berikut!!:
Ketika kita sedang pusing banyak masalah, anehnya, anak-anak kita ”pas” lagi rewel juga.. mengapa demikian? Itulah resonansi pikiran...

Lalu, jika kita terus-menerus pusing mikirin masalah-masalah, dan anak kita terus-menerus ’rewel’ pula, seperti apa jadinya sifat & perilaku anak-anak kita nantinya?

Jadi sebelum terlanjur ”membangun” perilaku dan sifat jelek anak-anak kita, yang tidak sesuai dengan nilai etika, moral akhlak dan kepatutan... benahi dulu akhlak kita.

Artinya, kita harus mulai berlemah-lembut, sebelum berharap anak kita bertutur dan bersikap lemah lembut.

Mendidik Anak Dengan Contoh
Menilik pengalaman saya sebagai orangtua, ternyata anak memang tidak hanya cukup sekedar nasihat yang terucap dari bibir saja.
Kita tidak bisa meminta anak kita rajin, sementara kita sebagai orangtua tidak rajin.
Kita tidak bisa meminta anak kita tertib sholat, sementara kita, dulu atau sekarang, tidak tertib sholat.
Kita tidak bisa meminta anak kita menjaga mulut agar tidak ngomel-ngomel, sementara kita selalu ngomel-ngomel dirumah dengan dosis sehari 23X. Dan seterusnya.

Contoh-contoh itulah yang direkam dengan kuat oleh anak dan ditiru.

Seorang teman saya mengeluhkan salah seorang anaknya yang pemarah. Setelah saya telusuri, ternyata kedua orangtuanya suka ”berantem”. Saya menduga, situasi rumah yang seperti itulah yang membuat anak marah, muak, jengkel, yang akhirnya ia menjadi pemarah. ”Berantem” jangan hanya diartikan KDRT ya?

Dalam beberapa kesempatan wawancara dengan calon karyawan, saya mendapati calon yang tidak lancar berbicara, sulit mengungkapkan pendapatnya. Mereka memiliki rasa takut (malu, stress) berlebihan, mengapa mereka memiliki mental-block yang kuat seperti ini?

Menurut dugaan saya (lagi), mereka dididik oleh orangtua yang galak. Dan ternyata mereka meng-amini dugaan saya.
Hayoo..... Jangan galak-galak ke anak kita, kasihan mereka. Dan kasihan kita juga..

Jadi, faktor dominan yang menentukan apakah anak-anak kita akan menjadi seorang: Periang, Pemalu, Pemberontak, Egois, Perajuk, Pemalas, Pendendam, adalah kita sebagai orangtua. Bagaimana kita memberi contoh kepada mereka dan di lingkungan seperti apa mereka kita tempatkan.

Lingkungan???? Betul. Ketika ’pengaruh’ kita tidak dominan, maka pengaruh lingkunganlah yang akan menjadi warna utama dari sifat dan perilaku anak-anak kita. Waspadalah....!!!!

Buah Jatuh Tidak Jauh Dari Pohonnya
Selain dari aspek sifat & perilaku, ternyata profesi anak-pun tak jauh dari profesi orang-tuanya. Tak heran kita dapati, orangtua yang berprofesi sebagai guru/dosen, anak-anaknya berprofesi sebagai pengajar juga. Orangtua polisi, anak-anaknya pun ada yang sebagai polisi. Orangtua seniman, maka anaknya pun memiliki ’darah’ seniman, dan seterusnya.

Lalu bagaimana jika kita sebagai seorang pegawai berkeinginan anak kita pindah quadran sebagai Pengusaha Sukses? Menurut teori saya (hehehe..):

Kumpulkan sejak dini anak-anak kita dengan pengusaha-pengusaha sukses. Berikan bahan bacaan yang terkait erat dengan dunia usaha, orangtua harus sering-sering mengajak diskusi dengan topik dunia usaha, anak-anak diperlihatkan . intinya, kita menanamkan mindset sebagai pengusaha ke dalam pikiran anak kita.

Mengapa saya berpendapat seperti itu? Coba kita lihat, saudara-saudara kita yang mati-hidupnya sebagai pengusaha, punya toko atau produsen barang misalnya. Ketika mereka masih dalam kandungan, ibu mereka sudah sibuk melayani pembeli, aktifitas rutin ibunya berkutat pada membeli (kulakan), menjual dan berhitung. Pikiran ibunya terus-menerus fokus pada usaha: efisiensi, keuntungan, pencarian peluang-peluang baru.

Jadi dalam kandungan, pikiran janin sudah mendapat resonansi kuat dari pikiran ibunya yang isinya dominan tentang dunia usaha.
Lalu ketika lahir, yang pertama dijumpai oleh si anak adalah tagihan rumah sakit bersalin.. hehehe.. setelah dibawa ke rumah, yang dijumpainya adalah barang dagangan..
Ketika sudah bisa merangkak, yang dijumpainya adalah faktur-faktur pembelian, faktur pajak, invoice, rekening koran, dan lain-lain. Lebih gede dikit, mereka sudah ikut-ikutan kerja....
Jika mulai dari jabang-bayi saja sudah dalam environment dunia usaha, yang pastilah membentuk pikiran mental mereka, maka dijamin dimasa gedenya mereka tidak canggung untuk terjun ke dunia usaha.

Begitu pula jika kita ingin anak kita menjadi scientist.. kumpulkan anak-anak kita dalam lingkungan scientist, jadikan rumah kita rumah science, dan seterusnya.. dan seterusnya.

Mencegah Lebih Baik Daripada Mengobati
Lalu, bagaimana bila kita terlanjur membentuk sifat dan perilaku anak yang kurang baik?
Saya tidak tahu jawabannya... hehehe..
Tetapi, kira-kira inilah yang sedang saya lakukan bersama-sama istri saya:

Pertama-tama saya instropeksi diri, melihat sifat dan perilaku saya yang belum baik dan memperbaikinya. Ini memang sulit, karena pada dasarnya kita selalu menganggap bahwa sifat dan perilaku kita biasa-biasa saja, yang bermasalah itu orang lain.
Kedua, sering-sering ber-istighfar mohon ampun atas kesalahan-kesalahan (sifat, kebiasaan & perilaku) yang pernah kita lakukan.
Ketiga, menjadikan anak kita sadar bahwa sifat dan perilakunya tidak bisa diterima.

Ketiga langkah tersebut harus dilakukan dengan extra sabar. Sebab, mengubah sifat & perilaku itu tidak mudah, perlu waktu yang sangat paaaaaa...njaaang.

Ayo mendidik diri agar anak-anak kita menjadi anak-anak yang sholeh-sholehah, berakhlak mulia, sukses dunia & akhirat. Amiin.

Salam sukses
Abet

Komentar

Postingan Populer