Mengapa Doa Tidak terkabul?


“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”
Al Qur’an Surah Al Baqarah:186


(Mungkin) banyak doa kita (eh.. saya maksudnya) yang tidak terkabul… atau terkabul tapi lamaaaa sekali.. yang akhirnya tidak menyadari bahwa doa telah terkabul.. dan lupa tidak besyukur … (ihik-ihik..)

Pertanyaan yang timbul: “Mengapa Doa Tidak Terkabul?” Padahal berdasarkan cuplikan surah Al baqarah ayat 186 berikut: “……, Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon kepada-Ku,.…”

Sangat jelas bukan? Bahwa jika kita berdoa kepada Allah (pasti) doa permohonan kita akan dikabulkan-NYA. Tetapi mengapa doa kita tidak terkabul juga? Padahal sudah sangat sering kita berdoa..

Pertanyaan ini terus-menerus mbulet saja didalam pikiranku selama beberapa “abad” terakhir ini. Mengapa ya? Mencoba bertanya kesono dan kesini untuk memahaminya, tetapi belum juga mendapatkan jawaban yang memuaskan.... (ataukah sayanya yang tidak paham dengan jawaban mereka yaa? Bias jadi.. hehehe..)


Adab Berdoa
Seringkali kita “lupa”, bahwa Allah adalah Tuhan yang telah menciptakan kita. (kita??? Kamu aja kalee?). Tetapi kita kadang “menganggap” bahwa Allah itu seperti Jin Aladdin, yang akan seketika mengabulkan permintaan kita dengan menjawab “Yes Master.. Your wish is my command” tiiiiinggg!!!! Tersedialah apa yang menjadi keinginan kita.

Kalau dipikir-pikir… Sangat-kurang-ajar-sekali kita ehh saya ini ya??? Allah kok disamakan dengan Jin Aladin. Allah kok kita paksa-paksa menuruti nafsu dan ego kita? Emangnye Allah itu siapa?
So.. Kita harus menempatkan diri kita sesuai fitrah diri kita, yaitu seorang hamba, seorang makhluk ciptaan Allah. Untuk itu kita wajib mengikuti petunjuk Al Qur’an berikut:

“Berdo'alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS 7:55).

Kita nggak boleh melampaui batas, kita nggak boleh kurang-ajar, salah menempatkan diri kita.. atau bahasa lugasnya “tak tahu-diri”. Kita tidak boleh memaksakan kehendak kita, dan perlu diingat bahwa dikabulkan atau tidak itu adalah hak Allah. Kita hanya sebatas berdoa dan berusaha. Dan dalam berusaha kita harus menetapi kesabaran, seperti petunjuk berikut:

“Maka bersabarlah kamu (hai Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu seperti orang yang berada dalam (perut) ikan ketika ia berdo'a sedang ia dalam keadaan marah (kepada kaumnya). (QS 68:48)”


Doa Tidak Cukup Sekali Saja
Allah Maha Mendengar, Allah Maha Mengetahui. Jika kita berdoa berulang-ulang, bukan berarti Allah itu tidak mendengar doa kita, bukan berarti Allah tidak mengetahui keinginan kita. Dalam beberapa cerita sufistik yang pernah saya baca, Allah senang sekali mendengarkan doa hamba-hambaNYA.
Sejarah membuktikan, bahwa seorang nabi seperti Ibrahim AS-pun senantiasa berdoa terus-menerus memohon agar dianugerahi keturunan. Yang akhirnya doa beliau terkabul melalui Siti Hajar. Namun jangan pula diartikan bahwa Allah tidak pernah mengabulkan doa yang hanya sekali. Waallahu a’lam.


Mekanisme Terkabulnya Sebuah Doa
Banyak cara atau jalan menuju terwujudnya suatu doa. Allah-lah yang menentukan jalan itu, bukan kita. Ada doa yang langsung terkabul, dalam waktu yang sesuai dengan keinginan kita, adapula yang memerlukan waktu yang lama atau keinginan kita tidak terrealisasi. Mengapa lama dan tidak menjadi? Tentu saja itu adalah hak prerogative Allah SWT dan hanya Allah sendiri yang mengetahui alasan persisnya. Manusia, termasuk saya, hanya bias menduga-duga bin mengira-ira.

Salah satu dugaan saya, alasan lama atau “tidak terkabulnya” sebuah doa adalah sesuai dengan ayat berikut:

“….. maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku),….” (QS 2:186)

Dari pengalaman dan pengamatan pribadi, setelah kita berdoa, kita akan mendapatkan petunjuk – apa yang harus kita lakukan untuk terkabulnya doa kita. Petunjuk ini sesuai QS 2:186 diatas. Saya mengartikan “perintah-Ku” pada potongan ayat diatas sebagai petunjuk-petunjuk yang dating dari Allah yang harus kita jalankan.


Benarkah Allah Memberikan Petunjuk Kepada Kita dan Bagaimana Mengetahui Adanya Sebuah Petunjuk Dari Allah?
Saya sangat meyakini bahwa Allah selalu memberikan petunjuk kepada kita. Jelas tidaknya petunjuk, sangat tergantung dari masing-masing individu. Bagi yang memiliki qualitas koneksi Body to Soul yang prima, maka petunjuk itu sangat gamblang, sangat terang, seperti terangnya siang dibanding malam. Namun bagi yang memiliki qualitas koneksi yang lebih jelek maka petunjuk itu akan diterima samar-samar, atau hanya berupa symbol-simbol.
Jika kita “merasa” tidak ada petunjuk yang datang, namun “instincly”, “intuitively” kita cenderung melakukan sesuatu. Itu (menurut saya) juga merupakan petunjuk atau dorongan dari sebuah petunjuk.

Penuhi dan laksanakan petunjuk (perintah) yang telah kita dapatkan. Perintah itu, bisa jadi tidak hanya satu kali saja, tetapi banyak kali (serial) yang harus kita lakukan. Kita harus berketetapan hati, teguh, untuk melaksanakan perintah-perintah tersebut betapapun beratnya. Sebab jika kita tidak melaksanakan perintah-perintah tersebut, maka jangan harap doa dan harapan kita akan terwujud. Jika tidak terkabul, maka jangan salahkan Allah.
Sesungguhnya jika kita teguh, saya yakin kita bias melaksanakannya karena Allah tidak akan memberikan cobaan yang tidak sanggup kita emban. Yang menjadi persoalan adalah: gangguan setan yang akan terus berlaku. Ini yang perlu kita waspadai.

Dalam sebuah peristiwa, seseorang yang saya kenal mendapatkan jawaban berikut setelah beliau mengadu kepada Allah karena doanya tidak terkabul:

“Tidakkah kehidupan sesuai petunjukKu? Sedang kamu memintanya dan menoleh.”

Setelah dirunut ke belakang ternyata Allah telah memberi petunjuk sebagai syarat terkabulnya doa tersebut, namun perintah tersebut hanya dilaksanakan sebagian dan tidak dilanjutkan (menoleh - berpaling dari petunjuk).

Syarat yang Allah berikan bukan merupakan hukuman, melainkan untuk kebaikan, untuk peningkatan derajat taqwa / maqom bagi yang berdoa memohon. Bila syarat tersebut telah dijalani dan maqom iman dan taqwa telah dicapai, maka doa dan harapan insya Allah akan terwujud.
Syarat yang ditentukan oleh Allah, dapat dianalogikan seperti hukuman fisik yang diterapkan dalam kemiliteran. Misal bila seorang anggota militer kedapatan datang terlambat, maka dia akan diperintahkan push-up 100X sebagai hukuman disiplin. Push-up sendiri sesungguhnya tidak merugikan bagi yang menerima hukuman, tetapi justru melatih / menambah kekuatan. Begitulah kira-kira hakikat syarat yang diberikan oleh Allah SWT.


Syarat Terkabulnya Sebuah Doa
Jika kita telaah lebih lanjut ayat 2:186 tersebut, maka ada syarat lain bagi terkabulnya sebuah doa, sebagai berikut:

“… dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS 2:186)

Beriman adalah syarat yang lain. Apa definisi beriman hayooo? Keimanan, seperti yang telah kita pahami bersama, bukanlah sekedar menyakini bahwa Allah itu benar adanya, melainkan harus mentaati seluruh perintah dan menjauhi laranganNYA. Jika kita hanya meyakini saja tanpa mentaati perintahNYA, maka “nasib” kita bias jadi sama dengan Iblis.
Dan jangan lupa, keimanan itu bertingkat-tingkat. Pertanyaannya: beriman yang seperti apakah yang dimaksud dalam ayat tersebut? Sudah sampaikah kita pada derajat iman dan taqwa seperti itu? Okey, Ini kita jadikan PR bersama.

Sebagai penutup, ada baiknya kita merenungi petunjuk Allah SWT sebagai berikut:

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo'a:
"Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni'mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri" (QS 46:15)”

Salam
Kang Abet

Komentar

Postingan Populer