Siapakah Orang yang Beriman?
Iblis adalah jin yang meyakini bahwa Allah itu ada. Bahkan ia pernah disejajarkan dan berada di alam yang sama dengan malaikat. Tapi ia tidak termasuk sebagai jin yang beriman. Kenapa? Karena ia menolak perintah Allah. Ia menolak untuk bersujud kepada Adam ketika Ruh telah Allah tiupkan…
Jika kita mengaca pada diri kita: “Pernahkah kita menolak perintah Allah?” Mungkin berkali-kali kita pernah menolak dan mengabaikan perintah dan larangan Allah.. sadar atau tidak..
Tapi beruntunglah… Allah tidak serta-merta menjatuhkan kutukan-Nya kepada kita. Orang-orang yang mengabaikan perintah dan larangan-Nya, “hanya” akan di-cap sebagai orang yang tidak beriman.
“HANYAAA”????!!!
Ketika Allah memerintahkan kepada kita untuk sholat, ber-zakat, saling menolong, dll, kita pernah mengabaikannya. Dan kita merasa aman-aman saja dengan cap “tidak beriman”.
Ketika Allah melarang kita dari berbuat keji dan munkar seperti: korupsi, mencuri, mendekati zina, dll, kita pernah mengabaikannya. Dan kita juga merasa aman-aman saja dengan cap “tidak beriman”.
Padahal jika kita menyadarinya, konsekwensinya sangat fatal. Setelah pengadilan akbar kelak, hanya ada 2 (dua) option: Surga atau Neraka. Tidak ada pilihan ketiga.
Jika tiba-tiba Allah mencabut Ruh kita, sedang kita dalam kondisi tidak beriman, apa yang bisa kita lakukan? NOTHING…
Bukan untuk menakut-nakuti, sekedar untuk introspeksi – muhasabah diri.
Salam
Kang Abet
Jika kita mengaca pada diri kita: “Pernahkah kita menolak perintah Allah?” Mungkin berkali-kali kita pernah menolak dan mengabaikan perintah dan larangan Allah.. sadar atau tidak..
Tapi beruntunglah… Allah tidak serta-merta menjatuhkan kutukan-Nya kepada kita. Orang-orang yang mengabaikan perintah dan larangan-Nya, “hanya” akan di-cap sebagai orang yang tidak beriman.
“HANYAAA”????!!!
Ketika Allah memerintahkan kepada kita untuk sholat, ber-zakat, saling menolong, dll, kita pernah mengabaikannya. Dan kita merasa aman-aman saja dengan cap “tidak beriman”.
Ketika Allah melarang kita dari berbuat keji dan munkar seperti: korupsi, mencuri, mendekati zina, dll, kita pernah mengabaikannya. Dan kita juga merasa aman-aman saja dengan cap “tidak beriman”.
Padahal jika kita menyadarinya, konsekwensinya sangat fatal. Setelah pengadilan akbar kelak, hanya ada 2 (dua) option: Surga atau Neraka. Tidak ada pilihan ketiga.
Jika tiba-tiba Allah mencabut Ruh kita, sedang kita dalam kondisi tidak beriman, apa yang bisa kita lakukan? NOTHING…
Bukan untuk menakut-nakuti, sekedar untuk introspeksi – muhasabah diri.
Salam
Kang Abet
--O--
Komentar